Wednesday, December 28, 2011

Testing make Microsoft Live Writer

Nginstall Microsoft Live Esential pertama kali di Windows 7. Hmm., awalnya hanya butuh untuk cropping video pake Windows Movie Maker, ternyata teman-teman Movie Maker yang tergabung dalam Live Esential banyak banget. Ini salah satunya: Microsoft Live Writer.

Untuk pertama kalinya, saya lebih nyaman untuk ngeblogg dg Ms Live Writer. Yah., karna tampilannya benar-benar layaknya preview ketika kita ngetik. Bukan tampilan standard dari bloggernya, ngetik makin nyaman aja seperti kita ngetik layaknya di Ms. Word. ^^

Belum nyoba seluruh fitur dari Ms. Live Writer ini, tapi overall, untuk pertama kalinya, saya suka ini. ^^ Hehehe

Semoga ini menjadi langkah awal untuk makin berkarya dan makin berkah dalam blogging di #awal2begin. Amiiin y Rabb…

Tampilan Ms. Live Writer saat membuat postingan baru


Tampilan Blogger saat membuat postingan baru


Saat teknologi mulai angkat suara, saat kenyamanan mulai menjadi yang utama, coba kita lihat kembali sisi baik dan buruknya, jangan hanya menggunakan dan memanfaatkannya saja.
Karna ketika fasilitas mendukung kita, jangan terlena karenanya..

Tuesday, December 27, 2011

Dan lagi, ini pilihanku. Hasilnya?

Sudah nyaris satu pekan saya menganggur. Yah, I'm not belong to any organization. Senang? Tidak sepenuhnya demikian. Kami menyebutnya #Legalau.

"Pada awalnya semua orang bangga dengan pilihannya, tapi akhirnya tak semua orang setia pada pilihannya. Saat ia sadar bahwa yang dipilih mungkin tidak sepenuhnya seperti yang diimpikan.
Karena yang sulit dalam hidup ini, bukan memilih. Tapi bertahan pada pilihan. Sedikit waktu mungkin sudah cukup untuk menentukan pilihan. Tapi untuk bertahan pada pilihan tersebut, bisa jadi harus menghabiskan sisa waktu usia yang dimiliki. Seperti itulah satu kata yang begitu mudah diucapkan tapi begitu sulit untuk diamalkan, yaitu “Istiqomah.” (al-ustadz)." (Ratih Diasari, Pengajar Muda Indonesia Mengajar)


Yah., memang istiqomah menjadi barang mahal sekarang ini *dan mungkin masa-masa setelah ini. Dengan segala kerendahan hati dan pemikiran yang saya pikir itu merupakan pilihan terbaik, inilah pilihan saya. Bukan untuk terikat di suatu organisasi, bukan juga tak mau berkontribusi nyata. Hanya saja ingin keluar dari sistem. Yah., keluar dari sistem, dan membantu dari luar untuk sistemnya. Bukankah ketika kita di luar sistem mata kita akan terasa lebih tajam dalam memandang ketimbang ketika kita berada di dalamnya? *Kata-kata dari senior, sepertinya ada benarnya juga.

Pengecut?
Terserah apa yang mereka katakan, bukankah kita harus tetap pada pilihan kita? Dan inilah pilihanku, hasilnya biarlah Allah yang menjawabnya. Tugas saya hanya berusaha mengambil tindakan dalam target selanjutnya, dan tentu., istiqomah pada pilihan ini. Karena target selanjutnya adalah membayar hutang pada Ayah dan Ibu tercinta. Tanggung jawabku dipertanyakan dan tertagih dengan sendirinya sebagai seorang anak yang ingin membuat mereka bangga padanya.


*Sambil merasakan perasaan ketika hujan turun (lagi)
Bismillah....., mari kita adu antara UAS dan Charity

Monday, December 19, 2011

(Bukan) Hari Terakhir

bentar lagi kepengurusan kelar ya ?
apakah kakak2 galau ? to lega ? hahaha
Postingan di group Pengmasy yang mengawali rasa #LEGALAU itu. Bukan memulai tuk melankolis, tapi ketika melihat dan menilik lagi satu tahun ke belakang, ketika saya sendiri masih (sangat) awam dan nggak tahu menahu tentang dunia per-pengmasy-an, perasaan #LEGALAU itu pun ada. Lega karna saya sudah menjadi bagian dari pengmasy, dan galau karena langkah awal saya tersendat sesuatu karna tak tahu arah yang pasti.
Hari ini LPJ berakhir, ada kesan tersendiri karna LPJ semester ini serasa adem ayem (saja). Syukurlah, terlihat tidak debat kusir yang tak berkesudahan. Tapi tetap, ada rasa khawatir disana, khawatir bahwa jargon BEM saat itu adalah jargon terakhir yang kita teriakkan bersama. #sedih
Hari ini pun merupakan acara terakhir dari pengmasy: Sabilulungan. *atau setidaknya terakhir dalam memakai gelar pengmasy yang melekat selama satu tahun kepengurusan. Tak ada lagi rapat yang melibatkan teman-teman kampus tetangga. Tak ada lagi kumpul-kumpul sate tuk penanda silaturahmi kita. Hehehe #sedih
Satu atau beberapa poin yang saya kenali dan dapat saya ambil.
"saya tak pandai berucap selamat tinggal, tak pula pandai mengungkapkan emosi rindu (atau entahlah apa naman perasaan ini) pada semua tokoh dan peran yang banyak sekali mewarnai hidup dan karakter saya setahun ini. Hanya itu, saya tak pandai mengungkapkannya. itu saja"
Hari ini (bukan) terakhir dari kisah kita, bukankah masih ada pekerjaan rumah yang mesti kita selesaikan. Karna saya mencoba tidak melihat dari batas kepengurusan kita (saja). Tapi juga tuk kepengurusan kedepannya, dengan tidak meninggalkan warisan dan program yang berlubang menganga. Perbaikan ini bukan membatasi kerja dan kreativitas mereka, tapi mari kita coba meluruskan program kerja kita yang sebetulnya masih membutuhkan kita sebagai founding father and knowing better. Tak ada salahnya kan kalau kita membantu adek-adek kita tuk berkarya demi kemajuan bersama? ^^ #MencobaBerjiwaBesar
Untuk keluarga dan sahabatku semua, ucapan terima kasih ini tak akan sanggup mewakilkan rasa terima kasihku yang sebenarnya. Bahkan terlalu naif ketika kata 'terima kasih' saja mewakilkan semua perasaan ini. Memang ini awal di masa peng-akhir-an, yang kebanyakan orang akan lupa dan tergantikan oleh kegiatan kita nantinya. Tak apa lah, namun percayalah, cerita ini akan terkenang selalu dan tak akan mudah tuk dilupakan atau bahkan sekedar di kesampingkan dengan cerita kebersamaan lain.^^ (Bagaimana dengan kamu??)
Maaf tuk segala kekurangan yang saya miliki. Maaf pula untuk ketidak siapan di awal dan kepadatan di akhir. Tak ada waktu tuk menyesal, coba kenang dan nikmati tiap rasa #LEGALAU yang kita alami. Bukankah itu akan lebih indah tuk dirasakan dari pada memaki dan menyesal terhadap kesalahan diri?
Aiiiiiih...,#LEGALAU memang dirasa ketika awal dan akhir. Layaknya sebuah pesawat, bagian depannya akan membelah kerapatan udara tuk dapat menerobos secara aerodinamis. Awal kita pun seperti itu, mencoba menerobos semua ke-kaku-an ke-jaim-an yang ada. Dan bagian belakangnya mengambil peran untuk penyeimbang dan pengangkat beban akhir pesawat. Bagian akhir ini pun sama, mengangkat beban-beban kita yang ada di akhir, bukan tuk memupuknya ke dalam hati yang akan menimbulkan luka dan penyesalan, penyeimbang emosi juga dalam keadaan akhir ini.
#Ingatlah kita dulu pernah bersama
#Ingatlah dulu kita pernah bersama...
#Merindukan agenda ngumpul kita berikutnya dengan personil yang (semakin) lengkap..^^
*Kredit untuk #LEGALAU buat Citra, terimakasih untuk sebutannya. Terima kasih buat Agung (ono) atas kepemimpinannya. Terima kasih juga buat Gagas, Citra, Dian dan Wulan buat kerjasamanya. Buat adek-adek basmas yang keren-keren, Dias, Bagas, Ayu, Fenta, Dhiska, Devi. Makasih banyak buat bantuannya. Kak Aji dan Ka Yan juga makasih banyak buat waktu 'seneng-senengnya'. ^^ Terima kasih untuk waktu kebersamaannya di Pengmasy BEM 2011. ^^

Tuesday, December 06, 2011

Suckseed

Kalo diartiin ke bahasa secara langsung, suckseed itu suck: menghisap, seed: biji. Jadi artinya 'menghisap biji'. hahaha. Film ini bergenre komedi, namun dibalik komedi yang super-duper konyol itu ada nilai persahabatan yang dalem. Cocok banget ditonton tuk hiburan karena bukan sekedar hiburan saja, pesan moralnya nyampe dan cukup nampol.


Suckseed dirilis tahun 2011 dg sutradara Chayanop Boonprakob. Pemainnya sendiri ada Jirayu Laongmanee sebagai Ped, Pachara Chirathivat sebagai Khung (atau kemabarannya Kay), Thawat Pornrattanaprasert berperan jadi X dan terakhir Nattasha Nauljam sebagai Ern. Ceritanya sederhana, mereka ingin membentuk Band dan ingin tampil di stadion terkenal di Bangkok.

Tentu aja saya nggak akan (lagi) spoiler ceritanya disini. Temen-temen bisa nonton langsung aja dan rasakan sensasi kekonyolan dan rasa pertemananannya.

Saya coba untuk mereview singkat nilai-nilai yang bisa diambil dari film suckseed ini. Pertama bagian yang paling menarik adalah ketika Ped berusaha maen gitar sebagai janji ke Ern. Dalam satu malam, Ped berhasil memainkan lagu itu. Ya satu malam layaknya Bandung bondowoso membuat seribu candi untuk Roro jonggrang. #eeaa. Teori buat orang biasa yang bisa mengerjakan sesuatu secara singkat sebenernya memang bisa dilakuin. Percaya nggak percaya, kita pun sebenernya sering melakukan hal seperti itu. Sebut saja ketika UAS, You know what I mean right? Atau ketika tugas deathline yang super mepet, kita pun mendadak menjadi orang super yang bisa mengerjakan semua itu tepat waktu (atau mungkin telat beberapa menit sampai jam saja). Itulah sifat alamai manusia. Beresemangat ketika kita sedang on fire (bisa karena cinta, minat, atau kepepet).

Yang kedua, kekonyolan dan kegalauan mereka bertiga. Konyol dan kompakan, itulah fungsinya teman, susah senang, galau semangat, sakit sehat ditanggung bersama. Dan perlu satu orang yang bener-bener 'waras' untuk menumpahkan kegalauan kita. Untuk memastikan kita masih bisa terkendali. Adakah teman yang masih 'waras' untuk mengontrol kegalauan kita? Jawabannya pasti ada. Banyak malah. Tinggal kita lihat dan rasakan dari hati (saja).

Berikutnya ada sesutu yang saya sebut sebagai persahabatn sejati. bagi yang sudah nonton pasti tahu, tentu saja sahabat sejati nggak akan ngelupain sahabatnya hanya karena seorang cewe, dan sahabat sejati pasti akan terkenang selalu dalam memori dan ingatan dalam hidupnya. Scene terakhir saya salut sama alurnya. ^^

Keunikan yang tak kalah seru dari film ini, sebenernya mirip kaya film-film Bolywood, ada nyanyi-nyanyinya kaya musical movie. Tapi bedanya, ketika ada musik atau lagu, penyanyinya langsung datang dan live nyanyi di tempat. Makin keren aja. hahaha

Dijamin dah nggak nyesel nonton film ini, konyolnya dapet, persahabatannya pun dapet. ^^
Selamat menonton dan #SalamSuckseed

Download aja film Suckseed dengan mengklik gambar suckseed di atas.

Friday, December 02, 2011

Bukan mengharap nama, tapi keterikatan hati (saja)

Kalau inget masa-masa dulu ketika masih on fire dalam memilih tuk berkarya dan berkontribusi dimana. Semangat tuk meluruskan niat dan mungkin membawa misi khusus. Sekarang, malu saya tuk melihatnya. Malu yang teramat sangat tuk bahkan menoleh selayang pandang meningat kenangan itu.


Jujur, miss calculation dalam hal ini terlalu banyak. Akibatnya, saya tak maksimal dalam mengkeksplor kemampuan saya. Tapi di lain sisi, memang saya jadi lebih mengenal, ternyata beginilah diri saya. Banyak kekurangan dimana-mana. The sinner wonder forgiveness.


Penempatan yang tidak saya harapkan dari awal. Yah, mungkin itu akar masalahnya, karena saya masih belum menemukan titik tuk bersemangat dan on fire di bidang itu. Apalagi ketika suasana pun mendukung. Tambah pula suasanan yang makin jauh dan tak menentu. Ibarat kata: "mati segan, hidup tak mau". Bahasa kerennya: digantung dalam suasana yang tak menentu, tanpa kejelasan dan penjelasan.


Satu ide yang saya tawarkan, ide itu di take over oleh orang lain. Sakit memang rasanya, disaat masa-masa senja, suatu ide yang saya solusikan namun bukan oleh saya sendiri yang mengerjakan (padahal itu salah satu cara untuk saya kembali on fire di dalam ini). Apa boleh buat, saya masih harus kembali di situasi yang menggantung seperti ini. Karena saya terlalu naif tuk mengatakan rasa sakit ini.


Passion saya bukan di sini. Bukan. Saya semakin tahu dan mengenalnya sekarang. Bukan hanya berat tuk membawanya berlari ataupun melangkah, tapi sekedar bergerak pun susahnya ga ketulungan. Yah, saya terlalu naif tuk membawanya melangkah (saja).


-,-


Ditambah pula banyak masalah (atau mungkin lebih enak disebut tantangan) yang datang dari kerjaan rumah yang lain. Konsep dasar yang dirombak total. Fundamental yang hilang dan berubah merupakan masalah serius. Very Urgent. Bukankah saya sudah mensolusikan dari awal, jauh sebelum mereka ada. Tapi kembali lagi, saya terlalu naif tuk mengharapkan kesempurnaan dan sesuatu yang saya inginkan.


Akhirnya, saya hanya terkurung di satu hal yang bukan passion saya. Merangkul keluar pun malu, karena memang saya sudah terkucilkan dan tak punya wewenang disana. Berpindah kerja? Mana mungkin, ini sudah telat sekali. Dan mana mungkin, ujung-ujungnya hanya menambah masalah baru yang tak punya solusi cepat.


Atas dasar itu semua, saya akan berani katakan dengan semua konsekuensinya bahwa saya gagal dalam hal yang mulia ini.

yah., sepertinya cukup sudah akhir dari kiprah dan perjalan hidup saya tuk mengemban amanah ini. Walaupun hasilnya gagal, tak apalah, justru banyak pelajaran dasar yang bisa saya ambil. Walau tak banyak kenangan yang bisa saya ingat, tak apalah, justru minim kenangan ini akan sangat berharga tuk referensi objektif dalam penilaian saya pribadi. Dan meskipun sakit hati saya masih saja membekas sampai sekarang, tak apalah, asal sakit hati ini tak saya bawa sampai nanti, saya anggap ini sebagai pengorbanan paling akhir dalam amanah ini.

Saya tak mengharap nama saya dikenang, saya hanya mengharapkan hati saya terikat oleh tugas mulia yang dengan sepenuh dan senang hati saya lakukan untuknya. Itu saja.

#Galau Level 2 untuk kesekian kalinya.

Wednesday, November 23, 2011

Sisi Lain

Pembicaraan (agak) berat yang nggak disengaja pas nunggu ujan reda itu begitu menohok sekaligus membuka mata untuk Indonesia (umum) dan kampus (khusus).

Ketika akan pulang lewat jalan samping FEK dan berhenti di ujung kanopi deket Lapangan Tenis, dua orang yang saya kenal baik sedang ngobrol, nasibnya sama: nggak ada payung=nunggu ujan reda. Saya putuskan untuk ikut gabung menunggui ujan sembari mengobrol dengan teman lama. Alhamdulillah...

Obrolan basa-basi awalnya, biasalah tiap ketemu orang pun seperti itu. hehe.
"ciee.., the inventor" sindir saya ke Roni. Beliau teman saya ketika PDKT '09 dan ketua kelompok kami: Kelompok 38. Dan sekarang, masuk majalah Tell berkat kegigihannya membuat USB Key untuk pengamanan motor. Skala kampus sampai nasional pun sudah diikutinya dan mendapat beberapa juara pula. Mantab. ^^d

"Sebenernya banyak sedihnya ketimbang senengnya dit.." saut Roni.
Beliau cerita panjang lebar tentang berbagai masalahnya dalam mendirikan dan mengokohkan USB Key. Mulai dari industri nasional yang menolak kerja sama, namun justru industri luar negri sangat tertarik dan mau kerja sama. Ironis. Haruskah bernasib sama dengan saudara-saudara kita di LIPI? Dimana kesejahteraannya kurang diperhatikan dan lebih memilih tuk meneliti di negri orang lain? Mulai saat itu saya berfikir: "Bahwa sekelas penemu (inventor) pun terhalang dan terganjal sesuatu yg besar di negri sendiri. Pantes banyak yang lari keluar."

Sang inventor belum cukup dengan itu saja masalahnya. Masalah pun datang dari internal kampus. Mulia dari presensi yang mepet-mepet dan nyaris. Alasannya jelas: pergi keluar kota tuk pameran dan pelatihan. Teman-temannya yang dirasa mulai menjauh, dan bahkan dukungan kampus yang dirasa kurang. Miris. Mengajukan ke bagian riset kampus pun berat, karena harus mencantumkan nama dosen disana. Tentu beliau tolak, karena ini bukan punya dosen, melainkan progress miliknya. Nanti malah dimanfaatkan karyanya.

Ketika ada kesempatan untuk belajar lebih jauh dan lanjut di Jepang, ternyata terbentur masalah biaya. Kampus hanya bisa membantu setengahnya saja. Sisanya entah didapat dari mana. Akhirnya gagal beliau pergi ke Jepang. Sedih. :'( Biaya sendiri dia tak mampu, minta bantuan sponsor sudah telat. Seperti biasa: Timing yang sangat tak tepat. Kemampuannya hanya dikurung di kawasan nasional saja, belum bisa keluar sana. Nasional yang terganjal masalah besar dengan industrinya. Miris.

Beginilah cerita anak bangsa, teman kampusku, dan anak kebanggaan IT Telkom yang berhasil menemukan alat baru untuk kenyamanan dan keamanan manusia.
Semoga dimudahkan dalam mengimplementasikan karyanya, dimudahkan dalam hak patennya dan dimudahkan dalam kontribusinya untuk manusia.

#Bangkit Indonesia

Saturday, November 19, 2011

Kompleks

Pernah saya berfikir dan merasa bahwa saya sendirian dalam mengemban amanah ini. Pernah saya berfikir dan merasa bahwa ini adalah kesalahan saya pribadi. Pernah pula saya berfikir dan merasa kalau internal kami sedang sakit. Jujur.


Banyak yang bilang kalo itu 'biasa' dalam organisasi. Pasti ada perasaan seperti itu. Bukankah dalam organisasi itu harus ada unsur kenyamanan dan rasa saling percaya antara satu anggotanya? Bukankah rasa keterbukaan lebih baik dirasakan ketimbang perasaan yang tertutup dan lama-kelamaan terbuka paksa dan meledak tak terkendali? Bukankah......


Saya disini memposisikan sebagai orang yang teraniaya dan orang yang menganiayai. Jujur. Kalo kita membebankan kesalahan kita kepada orang lain, pasti pun ada bagian dari kesalahan itu yang menunjuk ke kita bahwa kita pelakunya. Berhubungan lah intinya. Sepakati itu terlebih dahulu sebelum kita menghakimi orang lain.


Ketika kita menyalahi orang lain bahwa kita bekerja sendiri, ingatlah bahwa kita pun tak mau peduli dengan pekerjaan orang lain dan kita pun tak mau memberikan info-info perkerjaan kita saat kita membutuhkannya.
Ketika kita merasa internal kita sedang sakit, ingatlah bahwa penyebab sakitnya itu adalah karena kita telat memberikan suapan motivasi bagi temen-temen yang sedang lapar semangat. Bahwa rasa kebersamaan dan kekeluargaan ini tidak hanya dibuat dalam waktu satu sampai tiga hari saja, tapi bertahap sedikit dan kecil namun berkala dan teratur. Bertemu pun jarang, bagaimana mengkomunikasikannya?


Yah.,memang semua salah saya dari segi manapun. Saya jarang mengingatkan, jarang meberikan suapan motivasi, jarang memberikan senyuman, jarang mentraktir, jarang bertemu, jarang berkunjung, jarang mendoakan dan bahkan jarang mencintai teman-teman semua. Astaghfirullah


Maaf terbesarku untuk teman-teman terhebat di Pe**ma**. Belum ada karya nyata yang saya berikan untuk nama besar mu.
Maaf terbesarku pengurus B*B IT*, saya tahu saya bukan koordinator yang baik. Sering mendzalimi dan menggantungkan semangat tuk berkarya teman-teman.
Maaf terbesarku dan terberatku yang paling utama untuk agama yang saya yakini dan yang tetap saya coba untuk memeluk dan istiqomah di dalamnya. Maaf karena saya telah gagal dalam mengemban amanahmu. Astaghfirullahal'adziiim.., seharusnya saya malu untuk tetap menyandang gelar itu. MALU Dit!!!!
...
...
...
...
...


Maaf terbesarku pula untuk semua orang terdzalimi dan terugikan dengan sifat ego dan kesibukan bergerakku, bukan kesibukan action.


#Minggu ini saya (sangat) kacau.

Sunday, November 13, 2011

Bolos (lagi)

"De, lu ga pulang?"
"Ga mas kayanya, masih ada TP. Senen dikumpul"
"Yaelah.,tugas ini, selesein aja ntar malem, abis sholat 'id pulang. hahaha"

Dan akhirnya, memang setelah sholat 'Id saya pulang. Terbujuk kata-kata Kaka. hadeh-hadeh.., tak apa lah. Buat pengalaman juga tuk sekali-kali mudik pas lebaran. Pas lebaran loh ya.,walopun Lebaran Haji. hehe

Alasan pulang yang utama itu tentu kangen sama Ibu di rumah.  Karena semenjak Mbah saya wafat, Ibu nggak ada yang nemenin di rumah. *Semoga amal ibadah beliau dapat diterima di sisiMu ya Rabb ya Ghoffar..amiin ya Allah.. Ayah pulang beberapa bulan sekali, dan di rumah terkadang hanya satu atau dua pekan saja. Mas Ico (Kakak) dan saya, dua-duanya kuliah. Tentu pulang tiap liburan dan waktu-waktu tak menentu lain. Galih (Adek) udah mulai ngekost di Brebes, pulang hanya sepekan sekali pas weekend. Jadilah Ibu sekarang di rumah sendirian. Tapi sekarang ada yang nemenin sih, sepupu saya juga, seumuran sama Adek. Alhamdulillah.. Dan alasan berikutnya karena sepupu saya menikah. #ea

Saya nggak akan ngomongin tentang nikah sebetulnya. hahaha. Karena dijamin, nanti saya bakal galau. Loh?? Satu hal atau mungkin dua hal yang dapat saya ambil dari pernikahan sepupu saya kemarin, tepat di tanggal 10 Dzulhijah. Pertama: Saya nggak ngerti kudu ngapain aja di acara pernikahan keluarga, status saya pun kurang jelas, entah itu sebagai peserta (baca:undangan) atau malah panitia(baca:yang riweuh di belakang). Walhasil, saya hanya duduk nemenin Mbah Putri satu-satunya yang masih ada. -,-.

Kedua: perasaan salut tuk seorang Ibu yang tetap konsisten atau bahasa kerennya Istiqomah dalam menutup auratnya. Secara teori beliau adalah keluarga saya juga, tapi entahlah saya tak bisa merunut sampai mana kami bisa berhubungan dalam satu keluarga besar. Hehe. Salut memang karena beliau menggunakan kerudung panjang (sampai ke dada dan deket dengan sikut). Kontras sekali dengan Ibu-Ibu yang saya lihat sebagi undangan. Bertata krama alus pula. Subhanallah, salut karena beliau mengerti hukumnya dan menerapkannya sampai di tahap pasca-menikah. *Applause. Semoga istri saya kelak tetap konsisten layaknya beliau. hahaha lohlohloh?? #Ngarep.

Setelah nyaris dua bulan di Bandung setelah Idul Fitri, ternyata memang banyak berita dan cerita yang terlewatkan. Tentu saja cerita dari Ibu tersayang, cerita tentang hari Mbah wafat, cerita tentang pernikahan sepupu, cerita tentang Ayah, Kaka, Adek, Keluarga, dll. Serasa ter-upgrading dalam sehari. Apalagi ketika obrolan yang rada serius itu. Saya cerita tentang target saya dalam kuliah, satu tahun lagi, InsyaAllah. Karna memang hanya itu yang bisa saya ceritakan tuk memenuhi amanah yang udah beliau berikan.

"Ya syukur kalo bentar lagi lulus, biar bisa bantuin nge-kuliahin Si Galih"

Saya cerita  tentang aktivitas saya di kampus: BEM, Lab, temen-temen TT3305, dll. Padahal saya malu, saya belum bisa mengajak Adek sendiri tuk aktif di kegiatan ekstra. Bodoh. Bahkan ketika saya cerita ingin masuk Lab, beliau hanya bisa mendoakan saja. Tak lebih. karena kontribusi beliau sudah jelas dan kongkrit, mendoakan adalah langkah teknis dalam mendorong anaknya dalam meraih sesuatu yang dianggapnya baik dan yang tidak beliau ketahui arti dan maksudnya.


Pelajaran berharga tuk men-charge kembali hati yang kering dan lemah karena tekanan-tekanan dari berbagai hal di kampus. Dengan makan masakan rumah (dalam hal ini Osengan daging sapi. hehe) dan waktu yang sangat berharga, saya bisa menggambar lagi dan mengasilkan karya lain pula (sesuatu yang susah dilakukan di Bandung, karena saya butuh mood yang bagus dalam menggambar) Alhamdulillahi Robbil 'Alamin.. bersyukur sekali Allah masih memberikan nikmat itu semua.


#Karena memang Ibu adalah sumber inspirasiku. Bahkan lebih.

Thursday, November 03, 2011

Teorema

"Jika kita ingin melakukan suatu hal, maka cobalah tuk mengajak orang lain tuk melakukan hal tersebut bersama dengan kita. Maka kita akan termotivasi pula untuk 80% melakukan hal tersebut meskipun orang yang kita ajak tidak melakukan hal itu."

Satu teorema yang saya dapat tentang kehidupan. Entahlah sudah pernah dipatenkan atau belum, sudah terpublikasikan oleh seseorang atau belum pun saya kurang tahu pasti. hehe.

Sederhana, tapi itu memang terjadi. Pengalaman yang berbicara, bukan hanya pikiran yang bermain. Karna sebenernya, ketika kita mengajak orang lain tuk melakukan suatu hal bersama dan kita tidak melakukannya, rasa malu lebih ampuh menghantam hati ketimbang tanpa kita mengajak orang lain. (Bagi yang masih punya rasa malu tentunya. hehe)




Percaya?
Jangan semudah itu sebelum merasakannya. ^^
Rasakan sendiri, baru boleh angkat suara tuk meng-iya-kan teorema saya.


#Selamat Mencoba

Thursday, October 27, 2011

Crazy Little Thing Called Love a.k.a First Love

Dari nama judul filmnya saja pasti buat temen-temen yang anti-drama jadi ogah untuk nonton film ini. Eits, tunggu dulu, film ini bukan hanya tentang drama saja, comedy dan romance pun ada loh. Mari kita simak dulu beberapa pelajaran yang dapat diambil setelah nonton film ini.

Saya nggak akan rangkum secara detail isi ceritanya, pasti nggak mau kan dikasih spoiler?? hehe
Bagian penting dari alur cerita ini adalah bagaimana Nam (diperankan oleh Pimchanok Leuwisetpaiboon), seorang cewek biasa saja yang cuma pinter di pelajaran Bahasa Inggris berubah secara fisik dan non-fisik untuk mendapatkan sesuatu. Ini yang paling menarik. Nam melakukan perubahan itu karena cinta. #cie. 

Perubahan fisiknya yang sebelumnya ugly, item,dan nggak banget menjadi seorang yang cantik, putih dan menjadi idola dan terkenal di sekolahnya. Perubahan itu karena cintanya terhadap Shone (diperankan oleh Mario Maurer) cowok terpopuler di sekolahnya. Nam rela melakukan apa saja untuk berusaha dekat dengannya. Jadilah semua cara dia coba dengan dibantu tiga orang temannya. Mulai dari ngeputihin kulit, pake behel, ngikutin buku petunjuk '9 cara agar senior jatuh cinta kepadamu', mau ikutan drama kelas (dalam alur ceritanya, drama merupakan kegiatan yang paling nggak diminati siswa), sampai jadi mayoret di Drum-band sekolah. Itulah cinta kawan. #asiik

Namun beda lagi ceritanya dengan perubahan non-fisik yang dilakukan Nam. Dia berubah dari siswa yang kurang pandai di semua mata pelajaran kecuali Bahasa Inggris, menjadi siswa yang meraih peringkat pertama di sekolahnya. Itu semua karena cinta juga, namun cinta terhadap ayahnya. Ayah yang sudah lima tahun tidak bertemu karena dia tinggal di Amerika. Ayahnya berjanji tuk mengajak Nam atau adiknya kalau mereka mendapat peringkat pertama. Walhasil, Nam pun belajar dengan keras di atap rumah, membaca buku 'kiat-kiat menjadi peringkat 1', dsb.

Alasan yang sama, namun untuk tujuan yang berbeda. Melalui proses yang tak mudah dan penuh perjuangan itu pasti. Terjatuh dan nyaris berhenti pun itu sudah menjadi kodrat alami. Nam pun demikian.

"... Sedangkan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik (pula)...."
(An-Nur, 24:26)

Allah pun sudah berjanji demikian, laki-laki yang baik hanya untuk perempuan yang baik pula, begitu juga sebaliknya. Bahkan dalam buku yang saya baca pun (entah nama bukunya apa, saya lupa.hehe.maaf tidak mencantumkan referensi) bahwa "Jangan mengharapkan mempunyai istri seperti Aisyah sebelum Kau menjadi Muhammad". Maksudnya, jangan mengharapkan seorang istri yang sholehah dan cantik akhlaqnya sebelum diri kita sendiri menjadi seorang yang sholeh dan ganteng akhlaqnya pula.
Dalam film ini, Nam menyadari hal itu. Untuk mendapatkan seseorang setingkat Shone, dia pun harus meningkatkan level dirinya agar minimal sepadan dengannya.

Saya tetap meyakini An-Nur 24:26 ini, karena Allah tidak akan pernah menyalahi janjinya. Pasti. Tak usah galau melihat teman bermesraan dengan pacarnya, tak perlu galau ketika pacar seorang teman memberikan kejutan di hari istimewanya, dan tak usah galau ketika melihat perempuan ayu yang berkerudung panjang lewat di depan mata. Karena Allah telah menyiapkan 'dia' untuk kita. Dia pun nanti Allah akan pilihkan dan akan Allah upgrade sesuai dengan tingkat keimanan dan ketaqwaan kita. Baik kah? Atau malah buruk? semua itu kembali ke diri kita masing-masing. Tentu.

Bagian yang tak kalah penting dari film ini adalah "a.k.a (also known as)". Crazy Little Thing Called Love (CLTCL) ini mempunyai sebutan lain First Love. Cinta pertama. Yap, karena dalam film ini, Shone adalah cinta pertama Nam, begitu pun sebaliknya. Alangkah bahagianya, ketika cinta pertama kita, menjadi seorang istri atau pun suami. Karena sangat beruntung, bahwa kelak kita menjadi orang yang pertama tuk dicintai, sekaligus orang terakhir tuk dimiliki. #ea. Begitu bahagia dan beruntungnya ketika cinta pertama kita pun merupakan cinta pertama pula bagi dia untuk kita. Apalagi dalam film ini, mereka sangat sabar sekali menunggu, sampai akhirnya puncak kebahagiaan dan jerih payah sabar mereka terbalas dengan perasaan cinta yang sama. #ea.

Afterall, ini untuk konsumsi saya pribadi: bahwa ada kalanya bersabar itu indah dan nikmat tak terbayang, ketika hal yang kita cintai dan sayangi yang telah lama kita tunggu, melakukan segala hal untuknya, dan bersabar tuk mendapatkannya, akhirnya menjadi milik kita. Itu yang saya kuatkan dalam hati tentang arti sebuah keniscayaan dari Allah tentang An-Nur ayat 26.

Berubahlah para Nam untuk mendapatkan Shone masing-masing..
Bersabarlah layaknya Shone yang melihat perubahan Nam waktu demi waktu..
#Selamat Menonton dan #Selamat Menyiapkan Diri untuk Menjemput Pasangan Hidupmu
^^

Download Crazy Little Thing Called Love a.k.a Fisrt Love
(Klik gambarnya tuk mengunduh)

Tuesday, October 25, 2011

Kembali Sesuai Tema Awal

Tema awal dibuat blog ini sebenarnya untuk menguatkan, dan menyiapkan first step yang menurut hukum fisika itu membutuhkan gaya paling besar. Bukankah begitu?


Mari kita mulai dengan portofolio hidup yag singkat dan fana ini. Gunakan kamera Aizel-00 (Nama HP saya), temukan cerita lucu dan menarik yang pasti akan kau kenang nantinya. Bismillah...


Awal to Begin membuat portofolio itu tentu saja dengan mendekatkan diri dan memohon ampunanNya. Seperti yang kebanyakan orang bilang: "kita hanya bisa berencana, hasilnya Allah yang menentukan.". Suatu keniscayaan yang berakhir baik jika kita mengimaninya. Pasti itu, karna Allah tak akan menelantarkan hamba-Nya yang senantiasa mengharapkan ridho dan keberkahan-Nya.


Bismillah...
Tertanggal H+3 U20.


#DiselaSelaBelajarOrkom

Maukah...


Sangat sulit untuk tetap berjuang dan teguh di jalan ini. Tentu. Karna ini merupakan ketentuan Allah tuk menunukkan rasa cinta-Nya pada kita hamba-Nya.

Allah menjadikan jalan ini begitu sulit, justru tuk melatih kita agar tahu dan mengenal arti dari hidup yang Dia berikan. Perjuangan, sakit, tujuan hidup, kebahagiaan, kepedihan, kejenuhan, jatuh, evaluasi, bangkit, cinta, bahkan semangat dan kegelapan. Serta masih banyak lagi hal2 yang Allah berikan tuk kita nikmati itu semua.

Memang saya terlalu naif tuk menjadi seorang yang saya inginkan: friendly, seimbang otak kanan kirinya, kaya, atau bahkan tampan secara jasmani dan rohani.
Karna saya terlalu naif tuk mengakui kelemahan-kelemahan diri sendiri yang justru menguntungkan tuk perbaikan diri.
Aneh

Sesungguhnya hati ini sedang sakit. Bukan sakit secara biologis, melainkan sakit akan penyakit-penyakit iri, dengki, tak pandai bersyukur, tak pandai menyapa dan mengingat Mu, atau bahkan jarang memohon pertolongan Mu.
Astaghfirullah...
Astaghfirullahal'adziim...

Hati ini sakit dan kosong, haus akan kasih sayang Mu, lapar akan pembesar2 janji-jani Mu yang menenangkan jiwa, serta kering akan air ibadah penyejuk kalbu.
Astaghfirullah...
Astaghfirullahal'adzim...

Di usia yang melepas kepala satu ini. Adakah suatu breakthrough yang berarti tuk hidup Mu 20 tahun silam?
Adakah suatu karya Mu yang berguna dan bermanfaat di kehidupan sekitar?

Malu dit.,
Seharusnya kau malu...

Astaghfirullah...
Astaghfirullahal'adziim...

Ya Rabb., ya Nur., Ya Lathif.,
Isilah hati hamba dengan cahaya-Mu yang mampu mengisi kegelapan di hati hamba Ya Ghoffar..
Lembutkan hati hamba Ya Malik.,dengan kelembutan-Mu..
Jangan biarkan hati kami keras, keras tuk membedakan benar dan salah'y petunjuk dan ayat-ayat Mu.,

Ya Rabb..
Maukah??
Maukah tuk kembali mengisi hati hamba yang kosong ini?

#RenunganSebelumTidur

Friday, October 21, 2011

Sabarmu, Bom Waktu Nikmat Imanmu

     Sudah fitrah alami manusia jika kita mempunyai sifat 'iri' terhadap orang lain. Bukankah kita sering ngerasain pas jaman SD dulu? *jujur. Ya, jaman SD dulu kita masih polos dan bisa ngeluarin sifat 'iri' kita secara terang-terangan. Tapi makin gedhe, entah kenapa kita bisa ngatur perasaan itu agar nggak terlihat. Dan tak terlihat bukan berarti tak berasa kan?


Jujur, saya iri terhadap mereka yang mempunyai visi dan pemikiran hebat. Padahal mereka pun sebaya denganku.

Jujur, saya iri terhadap mereka yang telah memiliki aktivitas lab. Meninggikan sense of belonging disana. Melontarkan pembicaraan yang saya belum sampai ke tahapnya.

Jujur, saya iri terhadap mereka yang telah mempunyai 'teman' tuk berbagi lebih (mungkin itu yang kebanyakan orang lain pikir. Dengan ikatan fana yang mengikat). Yang tiap waktu punya sesuatu tuk bersama.

Jujur, saya iri terhadap mereka yang pandai mengatur finansialnya. Mulai berfikir tuk menghentikan uang bulanan dari orang tua.

Jujur, saya iri terhadap mereka yang pandai dalam berkata. Bisa mengatur, menjelaskan dan mempertahankan makna yang ada untuk dan terhadap orang lain.

Dan saya iri, terhadap mereka yang mempunyai kontribusi lebih bagi Negeri. Bukan hanya mengutuki, tapi pula menerangi (inspired by Indonesia Mengajar).


Tapi ada satu hal yang membuat hati ini masih merasa lapang dalam perasaan iri itu.
'Sabar itu indah'
Sabar itu bom waktu nikmat iman. Yang akan meledak bahagia di hati dan jiwa ketika penantian itu berakhir.
Yang akan meledak bahagia karena kita mendapatkan sesuatu yang telah lama kita impikan, yang kita percayai.


"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar."
(Albaqoroh: 155)

Mungkin pemikiran-pemikiran saya masih pendek dan biasa saja. Visi pun masih abstrak. Tapi dengan bersabar melalui proses yang saya tekuni, insyaAllah saya pun bisa mempunyai visi dan pemikiran itu.
Memang saya belum memiliki aktivitas lab yang mengundang 'sense of belonging', tapi dengan bersabar lebih, insyaAllah ada lab yang mau menerima tuk saya beri konstribusi.
Memang saya belum mempunyai 'teman' berbagi. Tapi dengan bersabar yang lebih, insyaAllah teman itu pun akan kumiliki. Dengan ikatan yang pasti bukan fana. "Karna begitu indah ketika kita adalah orang pertama yang akan dibagi kasih dan sayangnya secara penuh dan menyeluruh, tidak setengah-setengah" ^^ #ea

"Tidakkah engaku memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, agar diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebersaran)-Nya bagi setiap orang yang sabar dan banyak bersyukur."
(Luqman: 31) 

Karna bersabar itu indah, saya rela sekarang belum mempunyai itu semua.
Karna Allah tahu, mana yang terbaik untuk kita dan Dia ingin menghindarkan kita dari musibah yang ada di dalamnya.
dan karna Allah ingin menguji dan menjadikan kita salah satu hambanya yang lebih Dia sayangi.

#Mencoba merenungi lagi dalam jam-jam akhir berganti kepala dua

Friday, October 14, 2011

Nyata Terasa

"Allah memerintahkan untuk bersedekah maupun berinfak. Karena memang uang kita terdapat bagian orang lain yang lebih membutuhkan (orang-orang fakir dan miskin)." Intinya seperti itu bagi da'i - da'i dalam menyampaikan materinya (khusus tentang shodaqoh).

Ternyata memang melalui sedekah itu lah hati kita jadi lapang. Harta pun bertambah, bukan berkurang. Teorinya.


Berdasarkan pengalaman saya sendiri. Alhamdulilah bulan lalu saya mendapat banyak rejeki berupa sejumlah uang. Lumayan besarnya. Karena memang sudah saya niatkan bahwa tiap minggu harus ada nominal tertentu yang dimasukkan ke dalam kotak edaran sholat Jum'at. Walhasil, bulan kemaren 75% sesuai target.


Allah sangat sayang sekali terhadap hambanya. Entah kenapa, uang bulan kemarin terasa lebih banyak dan bisa "menghemat". Padahal saya hampir tiap minggu keluar (menghedon). Tapi perasaan saya, uang di rekening masih bersisa banyak dan bener-bener hati tenang. Ya, tidak merasa kesulitan dan kekurangan yang berarti.


Sedangkan pada bulan ini, memang targetan saya memasang targetan yang sama: tiap minggu ada nominal tertentu yang saya infakkan untuk manifestasi akherat. Tapi entah kenapa, belum terlaksana dengan baik. Jujur. Selalu tak ada pecahan uang nominal itu. Selalu. Akhirnya, bulan ini terasa lebih berat dalam finansial, walaupun baru pertengahan bulan. Dugaan saya jelas: karena belum ada sebagian uang yang termainfestasi ke akherat.


"Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sodaqoh." (HR. Al-Baihaqi)

Sudahkah anda bersedekah minggu ini???

Tuesday, October 04, 2011

Tentang Integritas






Pernah saya ditanya teman: "gue tuh orangnya kebanyakan mikir dit. Mikir parah, kadang sampe ga bisa tidur gara-gara mikirin sesuatu. Tapi ya cuma mikir doang, nggak ada yang dilakuin. Menurut loe gue kudu gimana? Minta saran dong...."


Pikiran yang terlintas pertama saat ditanya hal itu: tentu saya lihat ke dalam diri saya sendiri dulu. Ngaca, udah panteskah untuk ngejawab? Dah bisa ngelakuinkah nanti jawaban yang terlontar dari mulut seorang pemalas dan hina ini?

Awalnya saya mengelak tuk menjawab. Dengan paksaan sana-sini (tentu dengan banyolan dan candaan ringan) akhirnya kedenger juga petuah dari seorang hina ini. #Ampuni dosa-dosa hamba Ya Rabb, Ya Ghoffar...

"Kalo saya sih cenderung pindah lokasi, misalnya kalo di kostn kebanyakan mikir gitu, terus secara spontan dan sadar (mirip derau impuls di materi jarkom*): brenti mikir, langsung bertindak."

#ngaco

Untungnya jawabannya saya tambahkan dengan studi kasus pengalaman yang kebetulan baru aja kejadian beberapa saat sebelum pertanyaan mematikan itu terlontar.

Satu hal yang masih tetap menjadi beban ketika saya putuskan tuk menjawab (baca:sharing). Integritas.
Integritas yang saya inginkan..

Karena saya tidak mampu (dan tak mau) menanggung dosa orang lain. Tentu

#MariKuliahManpro

 *Derau impuls adalah jenis derau yang tak beraturan biasanya putusan hubungan berdurasi pendek. contohnya: saat petir terjadi mengakibatkan suara telepon terputus beberapa saat dan kembali normal kembali.

Sunday, October 02, 2011

Sesuatu

Ada pepatah: "Mendulang air terpercik muka sendiri" yang kurang lebih maksudnya: "melakukan sesuatu yang mengarah ke diri sendiri".
Ada sesuatu hal yang mendorongku untuk tidak mengadiri suatu acara itu.
Selain karena ada kegiatan lain juga.
Entahlah, kalau pun dalam waktu senggang, ada sesuatu yang mengganjal untuk menghadirinya.

"Cupu", "Parah" atau apa pun yang bakal terlabeli padaku, terserahlah. Saya lebih suka mengingatkan lewat hati. Dari hati ke hati, itu saja.



#WishIt'llBeBetterThanBefore

Tuesday, September 20, 2011

Ideal VS Realis

Ada kesan tersendiri ketika sore ini saya dengan teman-teman kelas TT3305 registrasi praktikum semester ini. Sudah menjadi rahasia umum kalau proses registrasinya memakan waktu, tenaga dan pikiran lebih. Bahkan hanya sekedar masuk webnya.


Ada satu dosen yang asyik dan mungkin menjadi dosen favourite kelas kami: Pa SAO panggilan kami ke beliau. Muda, akrab, humoris, dan asyik untuk jadi sekedar teman curhat. (bahkan bukan hanya sekedar saja, bisa lebih malah).


Kebetulan ruangan beliau memang exclusive karena satu ruangan hanya beliau saja yang nempatin. "Ada enak sama nggak nya lah.." Jawab beliau pas kami iseng-iseng tanya enaknya punya ruangan serasa milik sendiri. Kami registrasi praktikum di ruangan Pa SAO. Itung-itung nemenin beliau biar nggak sendirian di ruangannya. hehe #Alibi. Berfasilitaskan lengkap: AC, projector, Mac PC dan kursi serta meja untuk diskusi dan santai. Registrasi dah kami. Mayoritas kambuh penyakit lamanya: #Galau. hahaha


Sembari menunggu temen-temen yang lain registrasi praktikum, kami bergerombol ngobrol-ngobrol santai dengan beliau. Kocak memang. Curhat pun ada. Serius sesekali. Petuah (kami menyebutnya wejangan) pun tergali banyak dari beliau. Dari hal yang sepele sampai yang bertopik berat pun terforumkan. Hal yang pribadi sampai mbahas gosip kelas dan blak-blakan pun terlontar pula. haha


"Waktu saya ngerjain Thesis, topiknya kan "....." (saya lupa, abisnya baru denger euy), pikiran saya tuh kayanya bakal wah, kan soalnya belum banyak yang make, trus juga teknologinya bagus banget. Biasalah mikir ideal. Tapi thesisnya ngaret sampe satu semester. Trus ya udahlah saya mikirnya realis aja, yang penting lulus. hehehe" cerita Pa SAO.


"Jangan terlalu ideal banget lah jadi orang, coba liat juga aspek realistisnya.."
#Petuah Pa SAO


Selamat berbuka puasa syawal #4

Monday, September 19, 2011

Seharusnya....

Nyaris dua minggu sudah sejak akhir libur lebaran kemarin saya di Bandung. Notabenenya pasti untuk menuhin amanah. Amanah dari orang tua: Kuliah dan amanah organisasi: Pengmasy. Senang itu pasti. siapa sih yang nggak seneng ketemu sama temen yang satu pikiran, satu frekuensi dan satu hati: nyambung tuk bebas ngeluarin unek-uneknya dengan tawa dan canda?

Sholat Jum'at pertama saya setelah libur lebaran dapat sesuatu yang menggugah sekali. Tema khotbahnya (cukup) sederhana: Silaturahim. Tapi ternyata ketika dikaji lebih dalam lagi: kompleks. Dimulai dari keluarga, sampai orang lama yang jarang kita temui: itu silaturahim. Akhirnya saya merasa: saya belum cukup (dan sepertinya masih jauh) dari kata menjaga silaturahim dengan baik. Menyedihkan.

lalo Jet-lag itu kondisi tubuh yang belum bisa beradaptasi dengan baik setelah melakukan perjalanan (biasanya pesawat), mungkin saya juga merasakan hal yang sama. Belum dapat feel kuliah lagi dengan baik. Apalagi dengan kuliah yang sepekan full dimulai dari shift 1 (jam 06.30 a.m). Perbedaan makin terasa.


Sisa amanah (hampir) 4 bulan pun semakin menegaskan kalau pikiran saya sepertinya masih tertinggal di Brebes. Parah. Setidaknya untuk satu minggu pertama. Selebihnya: saya sadar, saya sudah tahun ketiga kuliah di IT Telkom. Bukan suatu hal yang baru lagi kalau deathline dan tekanan bagi seorang mahasiswa tahun ketiga. Seharusnya. Dan pasti sudah menjadi kebiasaan dan punya solusi tersendiri untuk mengatasinya. Seharusnya (lagi). Kegiatan dan pola pikirnya pun sudah mulai mengarah ke satu bidang: Telekomunikasi. (Dan lagi) seharusnya. Softskill yang digembar-gembor dosen dan kampus serta buku-buku pun mulai terbentuk rapi di kehidupan sehari-hari: saat organisasi, kuliah, dsb. Seharusnya (lagi).


Karna seharusnya semua itu bukan hanya dipikirkan dan sampai hati saja.
Aksi yang diperlukan.
Karna kelak, hati dan pikiran (mungkin) tidak akan sejalan dengan aksi.
Aksi yang diminta oleh keadaan sekitar.


Hari ketiga puasa syawal....

Saturday, September 03, 2011

Merangkum Ramadhan 1432 H, Spectacular

Saya akui, memang Ramadhan kali ini terasa (sangat) berbeda. Memang tiap Ramadhan itu harus berbeda: kualitas ibadahnya harus meningkat tentu perbedaannya.

Perbedaan itu membuat Ramadhan tahun ini unik. Semua perasaan terasa semua:senang, sedih, marah, kecewa, sakit, malas, rajin, putus asa, semangat, sabar, futur, dll.

Mulai dari penyambutan datangnya Ramadhan dengan tradisi pawai obor warga RW 13 Sukabirus. Dan entah kenapa awal Ramadhan yang atmosfernya baru terasa lama setelah bulan itu datang. Sedih, dan berdosa sekali. Buah bebal yang makin besar.

Gladi yang mayoritas mencari kesibukan sendiri tuk membunuh waktu. Pathetic. Amanah baru yang terkadang mendesak hati tuk suudzon. Astaghfirullah...

Malam Ramadhan yang seharusnya diisi dengan beribadah, malah nonton film Harry Potter  7 Last Part dan Transformer 3 The Dark Side Of The Moon 3D. Wow… seru, tapi pulang malam di Bandung agak ngeri. Karena memang sedang cukup nyaring tentang geng motor. Hmmm.. anak muda.

Sampai Dialga (nama motor saya) yang harus bolak-balik keluar bengkel tuk perawatan (atau mungkin perbaikan). Sedih,marah dan kesal.

Targetan Ramadhan yang semakin hari semakin memanggil meminta tuk dikerjakan dan dicapai. Stres dan penuh tekanan. Dan kondisi badan yang mulai sampai di titik puncak akan jatuh sakit.

Tapi, tetap saja jiwa petualang itu tetap ada. Pengalaman baru dan pengetahuan berharga tentang arti perjuangan dan semangat menyambut. Senang, terharu dan ngilu. Semangat ter-charge kembali. Yah, merasakan indahnya Ramadhan di tanah orang yang belum pernah sama sekali saya kesana. Ditambah pengalaman tujuh belasan yang ceria dan menambah mozaik hidup lebih lengkap dengan warna pengalaman dan perasaan baru.

Namun tetap saja rasa sakit datang kembali: Jatuh dua kali dari motor (mungkin) membuat saya tahu apa arti sakit dan perjuangannya menahan sakit. Hehe. Putus asa, nyaris. Jatuhnya itu (mungkin) tak masalah besar. Dengan menyisakan luka kecil tapi perih dan menyiksa sangat. Tapi melanjutkan sisa perjalanan dan keesokan harinya itulah yang menjadi masalah (cukup) serius. Tidak sholat tarawih di masjid selama (nyaris) seminngu berturut-turut. Sholat pun harus dengan posisi yang tidak semestinya dilakukan orang normal:duduk. Air yang sebelumnya teman, kini jadi lawan yang harus dihindari. Gerak tubuh terbatasi karna luka itu di bagian yang (cukup) vital:kaki bagian lutut dan tangan (pangkal jari). Butuh waktu seminggu tuk memulihkannya. Bahkan lebih tuk kesembuhan total.

Kemudian lebaran yang terasa sepi (Lebaran hari Selasa memang sepi rasanya). Perasaan aneh mengingat amalan saya banyak yang turun dan mungkin sedikit di bulan Ramadhan tahun ini. Astaghfirullah...

Satu hal lagi:puasaku tahun ini tidak genap 29 hari. Bolong satu hari akibat kecelakaan yang (agak) konyol tapi sakit dan menyiksa. Targetan Ramadhan yang meleset dan tidak tepat di tengah-tengah sasaran. Nyaris. Sedikit lagi. Justru membuat hati semakin sakit dan terpuruk. Parah. Astaghfirullah...

Walau banyak penawar rasa-rasa negatif dengan berbagai cara dan obat yang Allah berikan: acara buka bareng dengan teman-teman SMP, Safira (nama kelinci punya Kaka yang sengaja dibawa dari Jogja), keluarga yang berkumpul semua, acara lebaran (hari Rabu) yang menyenangkan dan sakral, sampai lelucon-lelucon dan cerita-cerita aneh dan lucu serta petuah-petuah yang terangkum seru dan apik tuk diingat. Dan saudara (keponakan) baru lahir. Tepat di waktu lebaran malam (Waktu lebaran yang mengikuti ketetapan pemerintah). Yah, kelak bayi lelaku itu akan memanggilku dengan sapaan “Pakde”. Argh.., panggilan yang sangat menegaskan kalau aku bukan remaja lagi. Melainkan sudah dewasa. Alhamdulillah., warna ini yang membuat Ramadhan ini begitu berbeda.


Karna tak begitu lama menikmati kenikmatan suasana Iedul Fitri, Ayah harus kembali berangkat kerja ke Kalimantan. Berangkat tanggal 1 September tuk mengejar pesawat. Dengan kondisi kesehatan yang tidak sepenuhnya sehat:masih batuk. *Ya Allah jagalah Ayah hamba,peliharalah Beliau agar tetap sehat dan tetap fit dalam menunaikan ibadahnya (ibadah kepada-Mu dan ibadah mencari nafkah) amiin y Rabb....

Ramadhanku begitu asyik dan penuh warna
Bukan warna terang dan indah saja
Warna gelap dan buruk pun ikut serta
Karna aku terlalu naif tuk mendapatkan satu warna saja. Tentu
Semoga cerita Ramadhan tahun ini menjadi bekal yang berarti tuk 11 bulan berikutnya.

Taqobalallahu Minna Waminkum
Selamat Idul Fitri 1432 H
Minal Aidzin Wal Faidzin
Mohon Maaf Lahir Batin

Maaf ku tuk semua curhatan dan cerita abu-abu
Dan Maaf tuk semua prasangka, pikiran, perkataan dan tindakan yang (sangat) keliru dan berlebihan

Semoga kita dipertemukan kembali di Ramadhan tahun depan

Amiin 

Monday, August 29, 2011

Lagi, harus merenungi kata-kata orang tua


Bermula dari hasil pertemuan dengan panitia HUT RI di RW.13 Sukabirus.Hasilnya benar-benar diluar dugaan.Hanya ada kata diundur.Diundur.Walhasil, jadwal agenda pulang yang sudah disusun matang jauh-jauh hari pun harus dan kudu dirancang ulang.Total.


Awalnya saya mengagendakan pulang tuk tanggal 22 Agustus 2011, karena memang hari itu sudah bebas agenda di kampus.Jadilah saya agendakan tanggal 20, dua hari lebih awal.Agendanya diganti dengan berpetualang pengalaman di Garut dengan teman-teman PUDING sampai hari Rabu. *Baca kisahnya ya... part 1,part 2, part 3, dan part 4.


Sepulangnya dari Garut, saya masih harus mengurusi laporan gladi yang memang sudah mepet 'garismati': hari Jum'at. Lumayan kelimpungan lah mengerjakan 'sendiri' dengan koneksi internet kostan yang tiba-tiba mati.Benar-benar cobaan yang menguras pikiran. Plus dengan kondisi kaki yang masih belum sehat betul akibat keteledoran naik motor. Jatuh.


Tapi Allah memang sangat baik.Baik sekali malah.Maha baik.Laporan selesai tepat waktu. Alhamdulillah... Fix jadi pulang tanggal 20. Pasti.


Hari sebelumnya, Jum'at. H-1 sebelum pulang, ada eval PUDING tentang acara empat hari silam: ke Garut. Banyak masukan yang perlu diperbaiki itu pasti.Dan akhirnya, banyak 'PR' yang perlu dikerjakan.Tentunya.


Selesai eval, matahari sudah sepenggal nyawa: nyaris maghrib. PUDING dapat undangan buka bareng dengan Teteh Ibunya Lutfan.Tempatnya dekat.10 menit dengan motor.Mungkin kurang. Alhamdulillah..,Tetehnya baik. Kami sharing sepuasnya.Dapat info dan cukup masukan yang berarti pula.Plus beberapa baju (mungkin) karna Tetehnya juga sekalian baju gamis.*promosi.Hehehe. Puas dengan tingkah lucu Lutfan (nama anak Tetehnya), dan puas cerita-ceritanya, kami pulang. Jam 9 malam.


Saya berdalih tuk packing tuk pulang besok pagi. Kenyataannya sesampainya di kostan justru sebaliknya: setelah solat malah main game. Parah. Selesainya sudah ditebak apa: tidur. Parah banget.


Seperti biasa, saya dibangunin Ibu Kost tuk sahur.Tapi ada yang aneh, jam 4 beliau baru mulai ngebangunin orang yang suka tidur malam ini. Beliau bangun kesiangan, akhirnya hanya masak sekenanya yang bisa siap saji: mie instan dengan telur bulet. Alhamdulillah, memang sudah dua Ramadhan ini tiap sahur, anak kostan selalu dapat sahur gratis dari Ibu Kost.


Sahur, shubuh, dan packing.Tapi entah kenapa saya ketiduran sampai jam 8 pagi. Parah. Agenda pulang tertunda sekian jam. Mandi secepatnya, beres-beres kamar, pamitan dan cao. Jam 9.45 saya bertolak dari kostan. Saya tidak langsung ke Brebes, tapi sempat membeli oleh-oleh terlebih dahulu ke kota. Sip, sudah komplit, I'm coming home....


Sempat lihat jam tangan, jam 10.16 masih di perempatan Carefour. Cukuplah tuk bisa buka di rumah bareng Bapa Ibu dan keluarga.Pikir saya dalam hati.

Satu jam pertama memang tidak ada sesuatu yang aneh. Hanya perasaan 'aneh' saja yang selalu mampir: mulai dari belokan-belokan yang terasa berat, nyaris terserempet mobil, banyak kendaraan yang membunyikan klaksonnya lah, dan Dialga (nama motor saya) yang terkadang mati mesin.

Dan puncaknya adalah ketika baru sampai sepertiga perjalanan.Tepat waktu Dzuhur. Memang sudah saya niatkan akan berhenti di masjid terdekat. Tapi 10 menit lebih belum ketemu masjid.Karena memang masih dalam keadaan gunung, bukan daerah pemukiman.Belum.Masih harus naik turun dulu.Sampai di suatu turunan, saya tetap ngotot mempertahankan gas, tidak mengurangi kecepatan Dialga.Turunan kemudian berbelok ke kiri sedikit. Tentu saya menyesuaikan stang ke kiri, tapi...

GUBRAK..;*#&@*+!*;-#+@'

Dialga jatuh, saya terbanting ke kiri tapi tubuh masih menempel ke badan Dialga, tak mau melepaskannya.Berharap bisa bertahan.Akhirnya tangan sarung tangan robek parah. Apalagi tangannya: meninggalkan luka yang menganga tepat dipangkal belakang jari manis. Sakit, perih.


Kaki kiri pun tak luput.Lututnya yang kena.Meninggalkan dua luka yang parah perihnya.Dan kepala bagian atas kiri pun tergores.Bukan luka goresan berbentuk petir layaknya Harry Potter, hanya luka ringan bergaris merah yang pedih.Bibir atas kiri pun demikian.Sakit.

Payah.Alhamdulillah ada warga yang menolong.Saya tetap ngotot lanjut perjalanan sampai menemukan masjid tak jauh dari tempat saya jatuh.Istirahat sambil menenangkan pikiran.Wudhu perih, sholat pun duduk. Argh...,parah, masih ada 2/3 perjalanan lagi yang harus saya lalui. Tapi badan masih mengerang sakit dengan luka-lukanya. Astaghfirullah....

Selesai Dzuhur, saya istirahat di serambi masjid. Seorang bapa seumuran 40 tahunan memulai pembicaraan: "jatuh dimana dek?", "disana Pak, pas turunan.,ngga jauh dari sini" jawab saya dengan senyum-senyum. Entah ingin menunjukkan sikap ramah, atau malah menahan perih. Akhirnya beliau membawakan perban dan plaster dari mobilnya. "nih dek, Brebes masih jauh, lukanya ditutup ja biar ngga nambah perih. Saya ngga punya Betadine, tapi Ibu yang di bawah katanya punya, coba minta aja kesana." saya hanya bilang terima kasih berulang-ulang tuk kebaikannya.

Nurut kata Bapa tadi, saya minta Betadine ke toko kelontong di bawah.Ibunya masuk, dan keluar membawa botol yang berisi cairan merah. Labelnya 'BET' yang ditulis seadanya tuk pembeda. "ini tuh Betadine khusus buat operasi Dek, cepet ngobatinnya. Ntar lukanya cepet kering, tapi tahan ya perihnya".Si ibu langsung ngolesin obat yang dianggap paling mujarab itu ke luka-luka yang baru saja saya dapat.Benar.Perihnya memang sangat. Sambil beliau cerita tentang beberapa kecelakaan lain yang sampai membawa kematian, juga di daerah itu. Membuat saya tetap bersyukur masih selamat.Sangat bersyukur dan beruntung malah.

Huft...,setelah dirasa cukup dengan obat mujarabnya, saya terpaksa berbuka:hanya meminum segelas air putih saja. Karena memang saya merasa pusing dan mual. Membuat perasaan akan pingsan dan muntah secara bersamaan. Tapi untung tetap saya bertahan.Setelah berterima kasih dan dibalas dengan pesan 'hati-hati'. Sampai akang-akang tukang parkir pun berpesan hal yang sama: "Ati-ati ya mas..". Tentu.Kali ini saya bakal lebih dan lebih berhati-hati.Jawab saya dalam hati.


Hal berikutnya malah lebih parah.Menahan sakit dan perih sambil harus lebih berkonsentrasi ke jalan. Pekerjaan yang sangat berbeda dan susah untuk dilakukan secara bersamaan. Tapi entahlah, ada perasaan lega dalam perjalanan 2/3 ini.Saya tidak usah repot-repot nyari alesan tentang Dialga yang dulu pernah rusak parah.Baca cerita lengkapnya juga ya.Inilah jawaban dari Allah untuk saya.Ya, setelah nyaris satu bulan mencari alasan yang tepat.Dan mereka pun belum tahu tentang kejadian pertama. Dan semoga tidak akan tahu. Karna sambutan di rumah tentu saja dengan kepanikan dan kekhawatiran tentang kondisi saya.Tentu Dialga dinomor duakan.Tertutup oleh kejadian terakhir.


Lagi, akhirnya saya teringat wasiat (kata-kata) Mbah Putri (Nenek) sebelum saya berangkat beberpa bulan yang lalu.Tepat sebelum Dialga belum diperbolehkan dibawa ke Bandung.
"Sing sabar dadi wong.., yen ana sing nyalip y kudu sabar., ning dalan mah wong pada kebut-kebutan edan. Sing sabar bae y Tong..."

"Yang sabar saja jadi orang., kalo ada yang nyalip y tetep harus sabar., di jalan mah orang pada gila kebut-kebutan. Yang sabar saja y Nak..."

Begitulah inti wasiatnya.Sepertinya akhir-akhir ini memang saya sedang bebal.Jujur. Saya sempat emosi dan sebel ketika pulang kemarin dengan salah satu motor yang sepertinya dia juga ingin pulang ke kampung halamannya. Motor Matic.Selalu menghalangi pandangan.Ugal-ugalan (menurut saya).Tidak mau disalip.Bandel.Lambat (relatif). Dan itu sampai setengah jam lebih berlangsung. BT.


Akhirnya karena memang sedang bebal ditambah dengan emosi jalanan.Saya tancap gas agar bisa mendahului si Matic di suatu kesempatan yang langka.Berhasil.Tetap saya ajak Dialga dengan kecepatan naik. Yes. Tertinggal jauh si Matic.Belum puas, tetap saja Dialga saya kendarai dengan kecepatan yang (relatif) tinggi.Sampai akhirnya saya dapat luka ini.Payah.

Well.., ini bebal kesekian kalinya mengacuhkan (atau melupakan) nasihat orang tua. Semoga yang terakhir.Semoga.Karna saya tahu, jatuh itu sakit. Dan proses penyembuhan pun sakit. Bahkan setelahnya mungkin harus sakit (lagi).
Tapi percayalah, setelah sakit itu ada kenyamanan dan nikmat tersendiri yang Allah siapkan.

Percayalah.
 
Copyright (c) 2010 Bermula dari Awal and Powered by Blogger.