Wednesday, December 28, 2011

Testing make Microsoft Live Writer

Nginstall Microsoft Live Esential pertama kali di Windows 7. Hmm., awalnya hanya butuh untuk cropping video pake Windows Movie Maker, ternyata teman-teman Movie Maker yang tergabung dalam Live Esential banyak banget. Ini salah satunya: Microsoft Live Writer.

Untuk pertama kalinya, saya lebih nyaman untuk ngeblogg dg Ms Live Writer. Yah., karna tampilannya benar-benar layaknya preview ketika kita ngetik. Bukan tampilan standard dari bloggernya, ngetik makin nyaman aja seperti kita ngetik layaknya di Ms. Word. ^^

Belum nyoba seluruh fitur dari Ms. Live Writer ini, tapi overall, untuk pertama kalinya, saya suka ini. ^^ Hehehe

Semoga ini menjadi langkah awal untuk makin berkarya dan makin berkah dalam blogging di #awal2begin. Amiiin y Rabb…

Tampilan Ms. Live Writer saat membuat postingan baru


Tampilan Blogger saat membuat postingan baru


Saat teknologi mulai angkat suara, saat kenyamanan mulai menjadi yang utama, coba kita lihat kembali sisi baik dan buruknya, jangan hanya menggunakan dan memanfaatkannya saja.
Karna ketika fasilitas mendukung kita, jangan terlena karenanya..

Tuesday, December 27, 2011

Dan lagi, ini pilihanku. Hasilnya?

Sudah nyaris satu pekan saya menganggur. Yah, I'm not belong to any organization. Senang? Tidak sepenuhnya demikian. Kami menyebutnya #Legalau.

"Pada awalnya semua orang bangga dengan pilihannya, tapi akhirnya tak semua orang setia pada pilihannya. Saat ia sadar bahwa yang dipilih mungkin tidak sepenuhnya seperti yang diimpikan.
Karena yang sulit dalam hidup ini, bukan memilih. Tapi bertahan pada pilihan. Sedikit waktu mungkin sudah cukup untuk menentukan pilihan. Tapi untuk bertahan pada pilihan tersebut, bisa jadi harus menghabiskan sisa waktu usia yang dimiliki. Seperti itulah satu kata yang begitu mudah diucapkan tapi begitu sulit untuk diamalkan, yaitu “Istiqomah.” (al-ustadz)." (Ratih Diasari, Pengajar Muda Indonesia Mengajar)


Yah., memang istiqomah menjadi barang mahal sekarang ini *dan mungkin masa-masa setelah ini. Dengan segala kerendahan hati dan pemikiran yang saya pikir itu merupakan pilihan terbaik, inilah pilihan saya. Bukan untuk terikat di suatu organisasi, bukan juga tak mau berkontribusi nyata. Hanya saja ingin keluar dari sistem. Yah., keluar dari sistem, dan membantu dari luar untuk sistemnya. Bukankah ketika kita di luar sistem mata kita akan terasa lebih tajam dalam memandang ketimbang ketika kita berada di dalamnya? *Kata-kata dari senior, sepertinya ada benarnya juga.

Pengecut?
Terserah apa yang mereka katakan, bukankah kita harus tetap pada pilihan kita? Dan inilah pilihanku, hasilnya biarlah Allah yang menjawabnya. Tugas saya hanya berusaha mengambil tindakan dalam target selanjutnya, dan tentu., istiqomah pada pilihan ini. Karena target selanjutnya adalah membayar hutang pada Ayah dan Ibu tercinta. Tanggung jawabku dipertanyakan dan tertagih dengan sendirinya sebagai seorang anak yang ingin membuat mereka bangga padanya.


*Sambil merasakan perasaan ketika hujan turun (lagi)
Bismillah....., mari kita adu antara UAS dan Charity

Monday, December 19, 2011

(Bukan) Hari Terakhir

bentar lagi kepengurusan kelar ya ?
apakah kakak2 galau ? to lega ? hahaha
Postingan di group Pengmasy yang mengawali rasa #LEGALAU itu. Bukan memulai tuk melankolis, tapi ketika melihat dan menilik lagi satu tahun ke belakang, ketika saya sendiri masih (sangat) awam dan nggak tahu menahu tentang dunia per-pengmasy-an, perasaan #LEGALAU itu pun ada. Lega karna saya sudah menjadi bagian dari pengmasy, dan galau karena langkah awal saya tersendat sesuatu karna tak tahu arah yang pasti.
Hari ini LPJ berakhir, ada kesan tersendiri karna LPJ semester ini serasa adem ayem (saja). Syukurlah, terlihat tidak debat kusir yang tak berkesudahan. Tapi tetap, ada rasa khawatir disana, khawatir bahwa jargon BEM saat itu adalah jargon terakhir yang kita teriakkan bersama. #sedih
Hari ini pun merupakan acara terakhir dari pengmasy: Sabilulungan. *atau setidaknya terakhir dalam memakai gelar pengmasy yang melekat selama satu tahun kepengurusan. Tak ada lagi rapat yang melibatkan teman-teman kampus tetangga. Tak ada lagi kumpul-kumpul sate tuk penanda silaturahmi kita. Hehehe #sedih
Satu atau beberapa poin yang saya kenali dan dapat saya ambil.
"saya tak pandai berucap selamat tinggal, tak pula pandai mengungkapkan emosi rindu (atau entahlah apa naman perasaan ini) pada semua tokoh dan peran yang banyak sekali mewarnai hidup dan karakter saya setahun ini. Hanya itu, saya tak pandai mengungkapkannya. itu saja"
Hari ini (bukan) terakhir dari kisah kita, bukankah masih ada pekerjaan rumah yang mesti kita selesaikan. Karna saya mencoba tidak melihat dari batas kepengurusan kita (saja). Tapi juga tuk kepengurusan kedepannya, dengan tidak meninggalkan warisan dan program yang berlubang menganga. Perbaikan ini bukan membatasi kerja dan kreativitas mereka, tapi mari kita coba meluruskan program kerja kita yang sebetulnya masih membutuhkan kita sebagai founding father and knowing better. Tak ada salahnya kan kalau kita membantu adek-adek kita tuk berkarya demi kemajuan bersama? ^^ #MencobaBerjiwaBesar
Untuk keluarga dan sahabatku semua, ucapan terima kasih ini tak akan sanggup mewakilkan rasa terima kasihku yang sebenarnya. Bahkan terlalu naif ketika kata 'terima kasih' saja mewakilkan semua perasaan ini. Memang ini awal di masa peng-akhir-an, yang kebanyakan orang akan lupa dan tergantikan oleh kegiatan kita nantinya. Tak apa lah, namun percayalah, cerita ini akan terkenang selalu dan tak akan mudah tuk dilupakan atau bahkan sekedar di kesampingkan dengan cerita kebersamaan lain.^^ (Bagaimana dengan kamu??)
Maaf tuk segala kekurangan yang saya miliki. Maaf pula untuk ketidak siapan di awal dan kepadatan di akhir. Tak ada waktu tuk menyesal, coba kenang dan nikmati tiap rasa #LEGALAU yang kita alami. Bukankah itu akan lebih indah tuk dirasakan dari pada memaki dan menyesal terhadap kesalahan diri?
Aiiiiiih...,#LEGALAU memang dirasa ketika awal dan akhir. Layaknya sebuah pesawat, bagian depannya akan membelah kerapatan udara tuk dapat menerobos secara aerodinamis. Awal kita pun seperti itu, mencoba menerobos semua ke-kaku-an ke-jaim-an yang ada. Dan bagian belakangnya mengambil peran untuk penyeimbang dan pengangkat beban akhir pesawat. Bagian akhir ini pun sama, mengangkat beban-beban kita yang ada di akhir, bukan tuk memupuknya ke dalam hati yang akan menimbulkan luka dan penyesalan, penyeimbang emosi juga dalam keadaan akhir ini.
#Ingatlah kita dulu pernah bersama
#Ingatlah dulu kita pernah bersama...
#Merindukan agenda ngumpul kita berikutnya dengan personil yang (semakin) lengkap..^^
*Kredit untuk #LEGALAU buat Citra, terimakasih untuk sebutannya. Terima kasih buat Agung (ono) atas kepemimpinannya. Terima kasih juga buat Gagas, Citra, Dian dan Wulan buat kerjasamanya. Buat adek-adek basmas yang keren-keren, Dias, Bagas, Ayu, Fenta, Dhiska, Devi. Makasih banyak buat bantuannya. Kak Aji dan Ka Yan juga makasih banyak buat waktu 'seneng-senengnya'. ^^ Terima kasih untuk waktu kebersamaannya di Pengmasy BEM 2011. ^^

Tuesday, December 06, 2011

Suckseed

Kalo diartiin ke bahasa secara langsung, suckseed itu suck: menghisap, seed: biji. Jadi artinya 'menghisap biji'. hahaha. Film ini bergenre komedi, namun dibalik komedi yang super-duper konyol itu ada nilai persahabatan yang dalem. Cocok banget ditonton tuk hiburan karena bukan sekedar hiburan saja, pesan moralnya nyampe dan cukup nampol.


Suckseed dirilis tahun 2011 dg sutradara Chayanop Boonprakob. Pemainnya sendiri ada Jirayu Laongmanee sebagai Ped, Pachara Chirathivat sebagai Khung (atau kemabarannya Kay), Thawat Pornrattanaprasert berperan jadi X dan terakhir Nattasha Nauljam sebagai Ern. Ceritanya sederhana, mereka ingin membentuk Band dan ingin tampil di stadion terkenal di Bangkok.

Tentu aja saya nggak akan (lagi) spoiler ceritanya disini. Temen-temen bisa nonton langsung aja dan rasakan sensasi kekonyolan dan rasa pertemananannya.

Saya coba untuk mereview singkat nilai-nilai yang bisa diambil dari film suckseed ini. Pertama bagian yang paling menarik adalah ketika Ped berusaha maen gitar sebagai janji ke Ern. Dalam satu malam, Ped berhasil memainkan lagu itu. Ya satu malam layaknya Bandung bondowoso membuat seribu candi untuk Roro jonggrang. #eeaa. Teori buat orang biasa yang bisa mengerjakan sesuatu secara singkat sebenernya memang bisa dilakuin. Percaya nggak percaya, kita pun sebenernya sering melakukan hal seperti itu. Sebut saja ketika UAS, You know what I mean right? Atau ketika tugas deathline yang super mepet, kita pun mendadak menjadi orang super yang bisa mengerjakan semua itu tepat waktu (atau mungkin telat beberapa menit sampai jam saja). Itulah sifat alamai manusia. Beresemangat ketika kita sedang on fire (bisa karena cinta, minat, atau kepepet).

Yang kedua, kekonyolan dan kegalauan mereka bertiga. Konyol dan kompakan, itulah fungsinya teman, susah senang, galau semangat, sakit sehat ditanggung bersama. Dan perlu satu orang yang bener-bener 'waras' untuk menumpahkan kegalauan kita. Untuk memastikan kita masih bisa terkendali. Adakah teman yang masih 'waras' untuk mengontrol kegalauan kita? Jawabannya pasti ada. Banyak malah. Tinggal kita lihat dan rasakan dari hati (saja).

Berikutnya ada sesutu yang saya sebut sebagai persahabatn sejati. bagi yang sudah nonton pasti tahu, tentu saja sahabat sejati nggak akan ngelupain sahabatnya hanya karena seorang cewe, dan sahabat sejati pasti akan terkenang selalu dalam memori dan ingatan dalam hidupnya. Scene terakhir saya salut sama alurnya. ^^

Keunikan yang tak kalah seru dari film ini, sebenernya mirip kaya film-film Bolywood, ada nyanyi-nyanyinya kaya musical movie. Tapi bedanya, ketika ada musik atau lagu, penyanyinya langsung datang dan live nyanyi di tempat. Makin keren aja. hahaha

Dijamin dah nggak nyesel nonton film ini, konyolnya dapet, persahabatannya pun dapet. ^^
Selamat menonton dan #SalamSuckseed

Download aja film Suckseed dengan mengklik gambar suckseed di atas.

Friday, December 02, 2011

Bukan mengharap nama, tapi keterikatan hati (saja)

Kalau inget masa-masa dulu ketika masih on fire dalam memilih tuk berkarya dan berkontribusi dimana. Semangat tuk meluruskan niat dan mungkin membawa misi khusus. Sekarang, malu saya tuk melihatnya. Malu yang teramat sangat tuk bahkan menoleh selayang pandang meningat kenangan itu.


Jujur, miss calculation dalam hal ini terlalu banyak. Akibatnya, saya tak maksimal dalam mengkeksplor kemampuan saya. Tapi di lain sisi, memang saya jadi lebih mengenal, ternyata beginilah diri saya. Banyak kekurangan dimana-mana. The sinner wonder forgiveness.


Penempatan yang tidak saya harapkan dari awal. Yah, mungkin itu akar masalahnya, karena saya masih belum menemukan titik tuk bersemangat dan on fire di bidang itu. Apalagi ketika suasana pun mendukung. Tambah pula suasanan yang makin jauh dan tak menentu. Ibarat kata: "mati segan, hidup tak mau". Bahasa kerennya: digantung dalam suasana yang tak menentu, tanpa kejelasan dan penjelasan.


Satu ide yang saya tawarkan, ide itu di take over oleh orang lain. Sakit memang rasanya, disaat masa-masa senja, suatu ide yang saya solusikan namun bukan oleh saya sendiri yang mengerjakan (padahal itu salah satu cara untuk saya kembali on fire di dalam ini). Apa boleh buat, saya masih harus kembali di situasi yang menggantung seperti ini. Karena saya terlalu naif tuk mengatakan rasa sakit ini.


Passion saya bukan di sini. Bukan. Saya semakin tahu dan mengenalnya sekarang. Bukan hanya berat tuk membawanya berlari ataupun melangkah, tapi sekedar bergerak pun susahnya ga ketulungan. Yah, saya terlalu naif tuk membawanya melangkah (saja).


-,-


Ditambah pula banyak masalah (atau mungkin lebih enak disebut tantangan) yang datang dari kerjaan rumah yang lain. Konsep dasar yang dirombak total. Fundamental yang hilang dan berubah merupakan masalah serius. Very Urgent. Bukankah saya sudah mensolusikan dari awal, jauh sebelum mereka ada. Tapi kembali lagi, saya terlalu naif tuk mengharapkan kesempurnaan dan sesuatu yang saya inginkan.


Akhirnya, saya hanya terkurung di satu hal yang bukan passion saya. Merangkul keluar pun malu, karena memang saya sudah terkucilkan dan tak punya wewenang disana. Berpindah kerja? Mana mungkin, ini sudah telat sekali. Dan mana mungkin, ujung-ujungnya hanya menambah masalah baru yang tak punya solusi cepat.


Atas dasar itu semua, saya akan berani katakan dengan semua konsekuensinya bahwa saya gagal dalam hal yang mulia ini.

yah., sepertinya cukup sudah akhir dari kiprah dan perjalan hidup saya tuk mengemban amanah ini. Walaupun hasilnya gagal, tak apalah, justru banyak pelajaran dasar yang bisa saya ambil. Walau tak banyak kenangan yang bisa saya ingat, tak apalah, justru minim kenangan ini akan sangat berharga tuk referensi objektif dalam penilaian saya pribadi. Dan meskipun sakit hati saya masih saja membekas sampai sekarang, tak apalah, asal sakit hati ini tak saya bawa sampai nanti, saya anggap ini sebagai pengorbanan paling akhir dalam amanah ini.

Saya tak mengharap nama saya dikenang, saya hanya mengharapkan hati saya terikat oleh tugas mulia yang dengan sepenuh dan senang hati saya lakukan untuknya. Itu saja.

#Galau Level 2 untuk kesekian kalinya.
 
Copyright (c) 2010 Bermula dari Awal and Powered by Blogger.