Friday, November 16, 2012

Memihak mana


Dari awal, mari kita sepakati terlebih dahulu tentang siapa kita, apa tugas kita, dan mana prioritas-prioritas yang akan kita dahulukan. Pun ketika kesepakatan itu kita buat di kampus ini: IT Telkom. Siapa kita? Jelas kita seorang mahasiswa IT Telkom, jurusan, asal, dsb. Apa tugas kita? Sudah tertulis jelas dalam landasan besar kampus kita (tertuang dalam visinya): menjadi agen perubahan, menjadi insan cerdas dan kompetitif, dan berperan aktif dalam pembentukan masyarakat yang sejahtera. Terlalu umum? Tugas kita yang diamanahkan langsung oleh orang tua kita adalah belajar berproses di kampus ini. Dan tentu, indikator mereka adalah nilai. Prioritas mana yang didahulukan? Tentu amanah pertama dan tujuan awal datang ke kampus ini: kuliah dan belajar (belajar nggak melulu tentang baca materi kuliah di perpustakan, dsb kan?), sebagian yang lain prioritas kedua mereka adalah organisasi. Tentu saja boleh, toh mereka punya prinsip. Prinsip loh ya.., bukan yang lain..

Tapi, diatas semua jawaban-jawaban tadi, sebenernya masih ada jawaban lain yang justru menurut saya lebih  penting dan punya prioritas utama: menjadi agen perubahan. Dimana pun kita berada. Terlepas ajaran agama mana yang mengajarkan atau tidak mengajarkan, seharusnya kita dituntut untuk menjadi agen perubahan dimana kita berada. Tidak mengikat waktu dan usia pula.

Dalam Islam, semua umatnya diwajibkan menjadi agen perubahan tersebut. Atau bahasa yang lebih kita kenal degnan berdakwah: menyeru kepada yang benar dan melarang kepada yang salah. Islam telah memberikan batasan dan definisi agen perubahan yang lebih rinci dan terarah. Masalahnya adalah sudah siapkah kita menjadi agen perubahan tersebut? Kalo sudah siap, sudah kenal kah kita sebenernya dengan agen perubahana (dakwah) itu sendiri?

Beberapa pandangan orang, dakwah adalah tugas mereka anak-anak masjid, bukan untuk mereka yang 'aktif' di malam hari. Mereka lebih suka menjadi objek di dakwahi yang terkadang apatis. Well, memang hidayah bukan kita yang memberi. Bagi kita, masyarakat yang mayoritas adalah Islam, mungkin banyak yang berpikiran bahwa agen perubahan yang bisa dilakuakan adalah 'menyeru' ke banyak orang sekaligus dengan kajian ilmu yang dalam, sedikit 'memberi ancaman' tentang kehidupan akherat kelak, dsb. Tapi jurus semacam itu pun telah lama dipakai, dan kalaupun sekarang masih dipakai, sama halnya kita menceritakan tentang si kancil untuk me-nina bobokan nenek atau kakek kita. Mereka sudah tahu,hafal dan bahkan bosan. Kita butuh cerita baru, tanpa membuang esensi kenapa kita harus bercerita untuk nenek kita itu.

Sudah banyak sejarah yang bercerita tentang suatu kaum yang makin mundur dan terpuruk akibat ketamakan akan penguasanya yang haus akan tahta dan kekuasaan. Bahkan Islam pun lahir bukan dari pemikiran dan kehendak Sang Raja. Tapi lahir dari bawah, memperkuat akarnya disana, barulah membangun pondasi dan tiangnya sampai akhirnya menjadi sebuah kerajaan makmur dan gemerlap kejayaan di masanya.

Agen perubahan, tugas wajib kita sebagai umat Islam, seharusnya membawa babak baru era terkini. Saat kajian tentang materi Islam biasa dilakukan di dalam masjid, kita bisa live tweet tentang isi materi tersebut dan akan dibaca oleh semua follower kita (baik yang di rumah, di jalan, dsb) sehingga ilmunya pun sampai pada orang yang fisiknya nggak datang di TKP. Misalnya.. Ketika kumpul sama teman-teman, percayalah, butuh satu atau beberapa orang yang 'waras' untuk berfikir tentang acara dan agenda kumpul-kumpul itu., dan agen perubahan itu yang seharusnya menjadi orang yang 'waras' tersebut. Misalnya (lagi)...

Bahkan agen perubahan bisa menyumbangkan apapun modal yang dimilikinya untuk suatu perubahan. Kalopun yang kita miliki ilmu, berbagilah ilmu kita kepada orang lain. Ilmu kita justru makin bertambah ketika ilmu itu kita bagi dan amalkan kan? Kalo yang kita miliki harta, nggak usah ditanya lah ya., bagi-bagi rejeki dan sering neraktir orang lain banyak pahalanya. Bahkan sumbangan yang paling kecil yang bisa kita lakukan adalah dengan SENYUM. Dan itu tak membutuhkan modal apa pun bukan? Dan semua orang pasti punya modalnya masing-masing yang bisa dibagikan ke orang lain.

Dan ketika kita berbagi, secara tidak langsung, orang lain akan melihat dan mengikuti cara kita. Menginspirasi banyak orang untuk ikut melakukana apa yang kita lakukan. Dan momen itu yang harus kita manfaatkan untuk berdakwah tersebut.
"Kita baik dan kita menginspirasi banyak orang, maka kebaikan akan mengikuti kita dan orang lain pun akan mengikuti kebaikan kita juga".
Premis sederhana.

Dan saya kira, agen perubahan (para pendakwah) yang sebenarnya., tidak akan memihak siapa dan apa..
Asal sesuai dengan landasan utama agen perubahan, dia akan menjadi bagiannya dengan sendirinya..
Apa perlu kekuasaan untuk menjadi agen perubahan?
Apa perlu kaya dan berilmu untuk agen perubahan?

#EfekGalauBacaSejarah dan #EfekMuakPolitik
 
Copyright (c) 2010 Bermula dari Awal and Powered by Blogger.