Thursday, April 25, 2013

Sebuah Mimpi di Ufuk Timur

Mentari pagi di ufuk timur
Anggun, berwarna dan apik dalam terbitnya
Sangat memukau, kontras warna dengan gelap malam lalu
Warna yang nyata dalam hitam kelam ketakutan malam
Pertanda hari belum berakhir yang ditakuti insan beriman taqwa

Mentari pagi di ufuk timur
Tersipu malu dalam tidurnya
Tak ada awan disana, tak ada yang menghalanginya
Dia bebas menyinari insan yang kelam dalam kegelapan malam
Ah., indahnya ciptaan Allah Yang Maha Esa

Mentari pagi naik dari peraduannya
Sungguh indah dalam balutan warna menyala
Hangat, menyembuhkan luka yang lama tersimpan semalam tanpa seorang pun tahu
Cahayanya menembus jauh merasuk dalam kegelapan hati yang meronta-ronta dalam buta
Warna yang alami, sungguh alami tuk mengobati racun kepenatan dunia
Bara api terasa, serasa aku dibakar semangat menyala perang Badhar
Berkobar-kobar menyala tak terkalahkan dan sangat menyala

Ku masuki alam mimpiku dalam pejaman mata anugrah Allah Yang Maha Esa
Mengalihkan keindahan serta kedamaian yang aku rasa
Semua sama, tak ada yang beda
tak ada yang hilang dalam batas mayaku
Hangat, Terang, Membara, Berwarna
Dalam keindahan pagi mempesona
Aku tak ingin pergi dan aku tak ingin membuka batas mimpiku
Karena…
Dalam mimpiku, engkaulah sang Mentari pagi itu…

7 Agustus 2008
Karya: Aditya Dwi Pramono

Thursday, April 18, 2013

Pertamax

Untuk pindah ke suatu hal yang baru dan ninggalin yang lama emang butuh komitmen yang nggak cukup cuman di lisan aja. Bener nggak? Kalo musisi sih bilangnya “More than words” lah bahasa kerennya. Ya, pasti setidaknya temen-temen udah paham betul yang kayak beginian. Iya kan? :D

Terkait isu nasional tentang harga BBM yang baru kali ini, rencananya sih bakal naik Mei 2013 mendatang. Kebijakan sang Menteri memberlakukan dua harga untuk premium. Silahkan baca aja lebih lanjut disini.

Well, terlepas dari saya setuju atau nggak, terkait kebijakan itu. Saya sudah hampir dua tahun beralih ke Pertamax. Awalnya ya emang berat sih make bensin yang harganya 2x lipat harga normal. Tapi ya seperti yang diawal kita pahami bareng-bareng, komitmen yang ngejawab. Ada beberapa alasan kenapa saya tetep keukeuh pake Pertamax.

1. Mesin lebih awet
Alasan yang paling umum adalah biar mesin motor lebih awet, soalnya nilai oktan Pertamax lebih tinggi dari Premium. 92 vs 88. Nilai oktan ini pengaruhnya dimana? Pengaruhnya di kualitas pembakarannya, makin gede oktannya, makin sempurna pembakarannya. Nah kalo sempurna pembakarannnya, berarti sisa pembakaran pun makin sedikit yang artinya, nggak ada sisa-sisa pembakaran yang masih ngeganggu di proses selanjutnya. #CMIIW Dari kata sempurna dan ngeganggu kayanya bisa diambil kesimpulan sendiri lah ya kenapa mesin lebih awet. hehehe

2. Makin bijak pake motor
Ya, karena Pertamax lebih mahal, saya jadi lebih bijak pake motor. Kebetulan dari kostan ke kampus kurang lebih hanya 500m aja. Jadi kalo bukan urusan yang mendesak dan nggak buru-buru, saya lebih suka jalan kaki. Dan berhubung saya pun jarang keluar ke kota, jadi ya., cukup lah sebulan 2x ke SPBU nya. Ya sebulan paling ngabisin paling maximal 10L aja. Dan saya nggak sungkan kalo biasanya saya harus jalan kaki 1km lebih buat ke ATM di pasar belakang kostan. Minta anter temen pun, saya lebih suka sampai daerah yang gampang naik angkotnya. Selebihnya ya ngangkot, naik angkot kan bukan hal yang memalukan kali.

3. Makin bijak beli bensin
Beli bensin yang biasanya jadi kegiatan mingguan yang biasa aja. Tapi semenjak pake Pertamax, agenda beli bensin itu jadi berasa meaning dan berarti banget. Selain bakal ngerogoh kocek yang lebih dalam, kudu mikir juga sisa uang biar nggak ada yang keganggu jatahnya. Apalagi yang harga Pertamax bakal ganti tiap tanggal 1 sama 15 tiap bulannya. Ya, jadi challenge gitu lah untuk ngegambling bakalan lebih murah atau mahal harganya. Tapi nggak usah kuatir kok dengan harganya, justru dengan make Pertamax, manajemen uang kita makin terlatih, makin hemat (hemat disini bukan pelit loh ya, maksudnya nggak beli barang-barang yang konsumtif dan nggak kita butuhin secara berlebihan). Jujur aja sih, dulu saya konsumtif, barang yang nggak dibutuhin juga dibeli, entah cuman jadi pajangan atau dibuang nantinya.

4. Khusus
Terkadang di SPBU tertentu, bagi pengguna Pertamax itu nggak perlu ngantre nguler panjang kaya mau beli sembako. Yang mau beli premium kadang panjang antreannya, yang Pertamax sung nggak usah pake antre. Hehe.

5. Mengurangi beban negara
Kalo temen-temen sering ngikutin berita subsidi BBM, tiap tahun bukannya subsidinya makin kecil tapi justru makin ngebludak. Duit negara yang seharusnya jadi sarana-prasarana yang bakal kita nikmatin bersama, buat anak-cucu kita, malah dipake buat nutupin subsidi BBM yang notabene nya ‘kurang tepat sasaran’ melulu. Karena sasarannya kan buat rakyat yang tidak mampu.
Kalo menurut saya sih, saya nggak mau dianggep jadi orang nggak mampu dan jadi ‘tanggungan’ negara melulu, padahal mungkin HP’y aja BB,Smartphone,sandang’y udah grade ori semua, terus masih mau dibilang nggak mampu juga? Kalo ada yang jawab “kan masih tanggungan orang tua, bro”. Betul banget tuh, masih tanggungan orang tua, tapi uang bulanan yang dikasih mereka jadi tanggung jawab kita kan? Cobalah jangan mikir yang konsumtif, kalo udah di subsidi dari orang tua, terus dapet subsidi juga dari pemerintah tapi tetep jadi tanggungan yang kurang produktif.
Urusan negara bukan cuma ngurusin BBM aja kan, masih ada urusan-urusan lain yang lebih penting dan lebih darurat lagi.

Seperti yang saya bilang diawal, pindah dari hal lama ke yang baru butuh komitmen yang besar. Saya yakin temen-temen punya alasan dan sudut pandang tersendiri. Atau justru malah pengen bikin tulisan tandingan kenapa kita harus pake Premium. haha. Sah-sah aja kok. :) Kalo mau dikasih perumpamaan, kaya flashdisk dijaman sekarang dah. Dulu harganya tuh mahal banget yang sizenya nggak nyampe 1 GB. Yang punya flashdik berasa punya barang mewah gitu. Sekarang, flashdisk berasa kacang, yang ukuran 8GB aja kurang dari 100rb (bahkan kurangnya banyak banget). Walhasil, flashdisk bukan jadi barang mewah lagi unik. Hampir semua orang IT dan non-IT punya flashdisk. Sama kaya Premium, orang pun ngekonsumsi biasa aja, karena harganya ‘murah’. Beli motor pun ya biasa aja, beli mobil juga biasa aja. Toh bensinnya juga ‘murah’. Pergi kemana aja pake motor ato mobil masing-masing (5 orang saling kenal ke tempat yg sama, pake 5 kendaraan) juga biasa aja. Beli makan di warung sebelah yang jaraknya nggak nyampe 100m pake motor juga biasa aja. Maka, jangan heran kalo macet di kota pun dianggepnya biasa aja. Tarif kendaraan umum makin mahal dianggepnya biasa juga. #CMIIW

Kita negara yang berkembang dan tingkat kesejahteraan kita masih jauh dari negara-negara Eropa atau Amerika dan negara maju lainnya, tapi konsumsi BBM kita masih di peringkat atas. Jakarta Ibu kota negara kita tercinta, nggak seharusnya menempati peringkat atas tingkat kemacetan di dunia. Kita negara berkembang, tapi justru tingkat koruspinya menempati peringkat atas pula. Lama-kelamaan muncul opini: “kok nih negara sombong banget ya.,udah tau masih berkembang,tapi make BBM’y gila, boros, sampe macet dimana-mana, masih banyak yang korupsi pula.” Ckckck.

Dan itu tantangan buat kita semua. Para muda-mudi bangsa buat ngerubah semuanya. ^.^ Kita bisa kok. Bersama-sama. Tanpa pandang SARA, yang penting karya, buat kemajuan kita bersama, yang penting kekompakan tetep terjaga, komitmen perubahan negara ke arah yang lebih baik ada di dada, dan yang paling utama: Allah, Tuhan ada di hati kita. Saya yakin kita semua bisa. :)

Ayolah belajar pake Pertamax, rasain bedanya, dapetin manfaatnya. Pertamax itu buat orang-orang yang nggak mau disebut orang normal selayaknya mayoritas orang bertindak. Pertamax itu buat orang yang nggak mau dianggep nggak mampu dan jadi tanggungan negara, padahal dia mampu, Pertamax itu buat orang yang mau peduli dan mau berfikir jauh ke depan agar nggak konsumtif. Pertamax itu buat orang seperti kamu. Ya.,yang keren, dan penuh karya, tidak manja, dan mau belajar untuk mendapatkan manfaatnya.

#SaatHujanRintik

N.B
Saya nggak ngebahas BBM ditinjau secara ekonomi (yang nyebabin harga-harga dalam proses distribusi,dsb), saya juga nggak ngebahas BBM yang kaitannya dengan sasaran pemerintah: nelayan,angkutan umum,dsb.

Friday, April 05, 2013

Act Your Age

Lebaran yang lalu, seperti tradisi biasa, kami bersilaturahim ke keluarga terdekat kami di sekitaran rumah. Maen, makan makanan sajian di ruang tamu, ngobrol sedikit, dan yang pasti saling maaf-maafan.

“Ini Adit udah kerja ato masih kuliah?”

“Masih kuliah Om, di Telkom Bandung”

“Ooh, Telkom… Sama kaya saudara Om ya dulu di Telkom. Ya kan teh ya? (nengok ke putrinya). Dia udah ke Perancis sekarang (terus senyum)”

Seneng sih ternyata ada yang kenal sama Telkom. Dan sedih juga kalo di angkatan yang nggak muda lagi kaya gini tapi masih minim pengalaman. Boro-boro ke Perancis, ke Kota aja cuman urusan maen. #pathetic

Siapa aja bisa jadi guru ketika kita terbuka tentang ilmu baru. Kita siap menerima ilmu apapun di sekitar kita. Kita siap menerima fakta baru yang kadang menyakitkan karena fakta baru itu ternyata menyalahi fakta lama yang sudah kita percayai. Itulah seninya menerima ilmu baru. Seninya berilmu. Seninya siap jadi murid.

Anggap aja guru baru yang saya temui adalah Om saya tadi. Beliau mengajarkan bahwa kuliah (di Telkom secara umumnya) ya nggak cuma belajar,ngerjain tugas,bersosial,dsb. Tapi juga punya skill yang bisa dibawa, syukur ke luar kota ato luar negeri. Tentu aja ini ilmu umum yang pasti temen-temen tahu dan ngerti banget.

Dari situ breakthrough dalam pikiran saya mulai terbentuk. Saya mungkin hanya meluangkan waktu buat ‘orang lain’, untuk kepentingan bersama. Misal: organisasi, lab, kepanitiaan,dsb. Yang semuanya pasti punya pengaruh dan ilmu tersendiri yang bisa saya ambil buat pribadi. Pasti. Tapi untuk skill kemampuan yang harus saya miliki sebagai seorang Telecommunication Engineering, sebagai college student harus saya cari sendiri. Usaha sendiri. Bukannya ikut organisasi,lab atu kepanitiaan itu nggak ada manfaatnya buat kita, saya nggak pernah bilang kaya gitu loh ya..Itu semua mengupgrade softskill kita. Nah,urusan hardskill yang seharusnya kita punya seharusnya jangan ketutup sama softskill kita yang jempolan dong…

Kalo masih bingung dengan klasifikasi skill, kasarnya hardskill itu kemampuan yang menyangkut bidang atau major yang kita pelajari: misal teknik. Dan softskill Kemampuan diluar dari keahlian (major) yang kita pelajari,kemampuan pendukung selayaknya manusia pada umumnya harus punya,misal: public speaking,leading,komunikasi,dll.

Saya mulaikurang tertarik’ dengan ngisi praktikum (yang notabene’y kewajiban saya), ‘kurang tertarik’ dengan organisasi politik atau kepanitiaan, ‘kurang tertarik’ dengan gambling jaga ujian. Saya hanya tertarik untuk upgrade my telco engineering skill, upgrade my English, upgrade my public speaking, mencoba berfikir lebih kritis dan lateral, diskusi bareng, beasiswa, narasi, bercerita.

Mungkin agak naif juga sih. Saya hanya mikir tentang gimana seharusnya usia angkatan saat ini bertindak dan berpikir. Bukan lagi ngurus yang ‘kecil’ dan kurang membawa kebaikan buat diri sendiri. Kan sudah ada masanya sendiri… Biarkan yang muda yang berkreasi, kasih waktu yang lebih untuk mereka agar bisa berkreasi dan mengasah kreativitasnya.

Bertingkahlah sesuai usia kita, grow up, not grow old. Mari saling ngingetin kalo usia kita nggak selamanya bakal muda mulu, udah saatnya belajar ngurangin waktu maen..:)

ACT YOUR AGE

*Sambil menunggu running program*

#SemogaTargetKaliIniKecape

#Amiiin

 
Copyright (c) 2010 Bermula dari Awal and Powered by Blogger.