Wednesday, May 30, 2012

Portofolio

Pekan ini UAS ke 6 saya di IT Telkom berlangsung. Namun, seiring bertambahnya waktu dan tahun angkatan, enggan sekali untuk belajar (kembali) demi persiapan UAS. Ditambah pula beban amanah yang bertambah dan godaan liburan panjang yang menanti (atau bisa dibilang beban baru ketika mahasiswa menganggur).

Alhamdulillah, malam ini terasa beda. Tentu. Selain kedatangan dua menteri yang tiba-tiba bersilaturahmi, terus berdiskusi cukup panjang dan membuka pikiran tentang polemik kampus dan sekitarnya, tugas lama pun dimunculkan dalam diskusi (lumayan) lama ini. *Credit for my minister and the new minister of Pengmasy*.

Satu poin yang agak menohok. Kita bebas berekspresi dengan tindakan kita masing-masing, karena kita sudah dalam level mahasiswa. Semua jeri payah yang kita lakukan saya yakin untuk membuat sejarah. Visi besar masing-masing orang (atau mungkin hanya cara pandang saya pribadi. CMIIW). Dan tak ada salahnya ketika langkah itu pun menajdi portofolio kita bersama. Kita bersama. Dan itu menjadi hak pribadi masing-masing untuk mencantumkannya. Tentu dengan segala konsekuensi ketika itu dicantumkan pun menjadi kewajiban dan tanggung jawab bagi siapaun yang mencantumkannya.

Ada yang salah dengan pencantuman portofolio itu?

Jujur. Sedikit pun tidak ada niatan saya dari awal untuk mengikuti segala kegiatan demi mencantumkan portofolio di selembar kertas. Terlalu naif untuk seluruh ilmu dan manfaat yang saya dapat dan peran yang saya berikan dalam kegiatan tersebut dibanding dengan serangkaian huruf di selembar kertas itu.

Namun ketika dihadapkan pada realita, portofolio menjadi tolak ukur dari suatu nilai di dunia. Formalitas. Sudah berapa kali kita memakai kata ini untuk urusan dunia? Portofolio itu untuk formalitas saja, karena intinya semua isi yang ada dalam selembar kertas itu akan ditanyakan secara tidak langsung dalam kehidupan nyata. Bukan hanya kata-kata tersebut terlihat banyak, kemudian prestis, atau pun lainnya. Nol besar ketika itu semua hanya sebatas rangkaian huruf semata.

Kalau pun itu tak pantas saya tuliskan dalam portofolio hidup saya. So be it. I’m gonna erased it. Forever.

CMIIW

Monday, May 07, 2012

Sang Sapu Lidi dan Avenger

Lagi-lagi, korban pendidikan Indonesia. Pasti hampir semua orang Indonesia akan ingat dan mengerti betul cerita “Sang Sapu Lidi”: Sapu lidi itu kalau satu batang sendirian terus dipake buat nyapu, dijamin sedikit, susah dan makan waktu lama untuk mbersihin. Tapi kalo sapu lidinya banyakan, terus diiket, nyapu jadi lebih mudah, nggak makan waktu lama juga.

Inget kan?? hehe

sapulidiSekarang, hal apa yang ditekankan atau pertama kali kepikir ketika denger persatuan atau cerita “sang sapu lidi tadi?

harus lidi yang banyak kah? lidinya yang bagus-bagus dan kuat-kuat kah? tali yang buat ngiket lidinya kah? Atau tingkat kotornya taman yang bakal disapu? *Pasti tiap orang punya pemikiran masing-masing*

Jujur, waktu kecil dan masih anak ingusan (bahkan sampai bulan-bulan akhir ini)., saya mikir bahwa yang ditekankan dalam cerita tadi itu jumlah lidinya. Tapi sejenak saya sadar, bahwa jumlah lidi yang banyak pun tak ada artinya. Justru malah bakal membuat pekerjaan akan sangat susah dan lama untuk dilakukan kalau nggak ada tali yang mengikatnya. Karena yang terpenting dalam banyak lidi itu adalah ikatan yang kuat yang ada. Yah, ikatannya bung. I K A T A N.

The-Avengers-the-avengers-29517985-1600-1200

Terinspirasi (lagi) setelah menonton Avenger (saya nggak mau spoiler), bahwa sehebat apapun orang yang ada di dalamnya, ketika tak ada ikatan yang kuat dan mengikat semua pihak yang ada di dalamnya, sekumpulan itu ‘nothing’. Susah untuk diajak berlari bersama beriringan. Banyak buktinya, perselisihan yang banyak di kelompok, rasa saling nggak percaya, tak ada yang peduli dengan sesamanya, mudah terprovokasi, malas-malasan dalam mengerjakan tugasnya, atau yang paling parah mereka beranggapan bisa kerja sendirian.

Beda lagi ceritanya ketika ada ikatan yang mengikat menyeluruh diantara mereka. Bukan malah memberatkan dan menekan mereka dalam satu kelompok, tapi justru makin menguatkan mereka dalam kebersamaan dan kerja sama yang makin kompak. Ikatan itu bukan hanya mengikat di bibir saja, tapi ikatan yang mengikat pola pikir dan hati mereka. Ikatan yang mempunyai sense of belonging yang tinggi, dan ikatan yang membuka kekakuan dan ketertutupan serta kekerasan hati. Buktinya, satu persatu tantangan dapat ditaklukkan. Pujian yang dibagi bersama, dan sakit yang dirasa bersama. Dan yang pasti kemenangan di akhir cerita.

Segitu pentingnya kan ikatan itu… ^^

Kembali lagi ke sang sapu lidi tadi, ketika justru ikatannya lemah, satu persatu lidi rontok ketika digunakan. Dan makin rontok sampai habis ketika satu atau dua lidi mulai merontok. Dan hal alami itu sebenernya sama seperti kita, ketika dalam satu kelompok ada satu atau dua anggota mulai tak percaya, pasti ada anggota ketiga dan keempat yang menyusul, sampai akhirnya semua anggota terpengaruh dan jatuh semua.

Karena pasti perbedaan itu mutlak adanya. Dengan sifat yang berbeda, pemikiran yang berbeda, skill yang berbeda, paradigma yang berbeda, background yang berbeda, (mungkin) tujuan yang berbeda, dan pasti style yang berbeda pula. Sehebat apapun kepemimpinannya, saya yakin jika tak ada ikatan yang kuat diantara mereka, lama kelamaan akan jatuh juga.

Semoga ikatan itu ada di antara kita, ikatan yang saling menguatkan untuk kemakmuran bangsa kita Indonesia…

 

We were bound to be part of this, protecting and keeping our Earth.

We were bound to be the one of these, standing to keep aside for our God.

We were bound to be responsible in this land, making this country grow up

And we were bound to be us, being useful for everyone 

*Jadi..sudahkah kamu nonton Avenger?? #loh Smile 

The-Avengers-the-avengers-2012-movie-30729247-750-514

 
Copyright (c) 2010 Bermula dari Awal and Powered by Blogger.