Friday, January 25, 2013

Legacy dan Mentor

Salah satu legacy Islam di Eropa, Alhambra

 “Carve your name on hearts, not tombstones. A legacy is etched into the minds of others and the stories they share about you.” 
― Shannon L. Alder
Mengingat ini masa-masa mahasiswa terakhir, ada satu hal yang pengen banget ditinggalin sebagai legacy yang bisa diinget, bisa jadi cirikhas, dan bisa di-retelling, dan syukur bisa menginspirasi generasi berikutnya.

Bukan nggak mungkin sebetulnya, karena memang sudah diniatin dari awal untuk melakukan suatu perubahan kecil-kecilan. Bukan mengekor dari tahun kemaren-kemaren (saja), tapi juga mencoba 'teorema shinkasen' yang didapat nyaris 2 tahun lalu. Waktu ESQ, masih sebagai mahasiswa tingkat dua. Nggak ada yang special sebenernya dari teorema shinkansen, teorema yang cukup sederhana, dan pasti hampir semua orang tahu (mungkin sebatas teori).
"Mengambil yang baik, memodifikasinya, create yang baru yang lebih baik lagi"
Sederhana, simpel, tapi elegan. Dan proses didalamnya saya yakin lebih dari elegan itu sendiri. Lebih dari kata simpel.

Memikirkan legacy bukan berarti harus memikirkan jauh ke depan (saja), karena tindakan kita sekarang ya menentukan legacy itu sendiri. Akan sangat sayang sekali jika semua jerih payah yang kita lakukan, (hanya) berimbas di masa kita aja. Semangat, cerita, atau bahkan kebanggaan yang kita alami di masa kita, sayang sekali kalo cuman berbatas sampe masa kita aja juga. Saya yakin, dalam regenerasi manapun, konseptual seperti itu nggak bener. Semua semangat, cerita, kebanggaan yang kita rasain sekarang atau masa ini, seharusnya bisa juga dirasain oleh generasi berikutnya. Gimanapun juga, bukannya rasa semangat yang dirasain bakalan sama? Rasa kebanggaannya juga sama? Walau dengan cerita yang berbeda, nggak ada salahnya kan buat melihat atau mendengar kisah leluhur yang memberi kita pelajaran?

Lagi pula, cerita, semangat dan kebanggaan itu jadi semacam penghubung tersendiri. Jadi ikatan tersendiri. Cerita itu bukan cuma sekedar membandingkan antar generasi, tapi lebih dari itu. Cerita tentang bagaimana solusi menghadapai suatu masalah saat itu, kegesitan dalam mengambil berbagai keputusan, ide brilian yang muncul, ide kreatif yang dipake, atau bahkan perubahan orientasi yang penuh resiko tapi punya manfaat banyak. Cerita itu yang seharusnya menjadi legacy. Bukan tertulis rapi, terpajang ganteng/cantik, tercap halus, atau terukir teliti. Lebih dari itu.

Legacy yang baik bukan tertulis di suatu benda yang bisa diliat kapan aja. Tapi tertulis di hati dan memori. Suatu saat bisa di ceritakan ulang kembali. Menceritakan semangat dan rasa bangga yang dialami.

Dan legacy yang pengen banget diwujudin adalah: menjadi 'mentor' untuk semua 'hero'. It sounds silly perhaps. Tapi kita semua adalah hero dalam hidup kita. Apapun yang kita lakukan merupakan quest untuk mendapatkan harta dan kenaikan level hidup kita. Ya.,mungkin kita nggak kaya Batman, Supeman, atau Harry Potter yang bisa ngalahain orang-orang jahat dan evil, nolong banyak orang, nyelametin dunia,dsb. Tapi kita hero dalam ngalahin rasa takut kita, hero dalam ngalahin rasa malas kita, atau hero dalam naklukin tantangan. And yes indeed, all of us and of course you are a hero.

Perlu diingat sebenernya, seorang hero pasti mempunyai mentor. Mentor yang menginspirasi, memberinya semangat, kepercayaan, memberinya bahu, memberinya pijakan, saran, dan bahkan memberikan hidup. Ya, seorang mentor tidak harus dituntuu lebih dari seorang hero, tapi harus peka dan bisa menginpirasi. Bukan menganut figuritas, tapi hanya salah satu yang mengayomi.

Legacy, terdengar bahasan yang berat, tapi sebenernya hanya pembahasan yang kembali ke kita.

** Konsep hero dan mentor saya ambil dari Video TED Education ini:


Selamat berjuang dengan legacy yang kamu usahain dimanapun itu...
:)



 
Copyright (c) 2010 Bermula dari Awal and Powered by Blogger.