Thursday, October 11, 2012

Terjebak pilihan

“Hidup itu adalah pilihan”

Entah sudah berapa orang yang menyampaikan kata-kata seperti itu. Emang sih hidup itu pilihan, karena semua orang punya hak dan kesempatan yang sama untuk jadi ‘apapun’. Selebihnya tinggal tanyakan ke usaha dan modal kita untuk nyampe ke arah yang kita inginin.

Tapi justru anehnya, bagian yang lebih sulit itu malah bertahan pada pilihan yang kita pilih itu. Ketika kita memilih, waktu yang kita perlukan mungkin nggak selama waktu yang kita butuhin untuk tetep pada pilihan itu. Makanya muncul istilah istiqomah, tetep setia dan komitmen pada apa yang kita pilih. Apapun yang terjadi. Mungkin disitu seninya memilih, indahnya hidup ketika diartikan sebagai pilihan.

Ada tekanan tersendiri, ketika hampir semua orang di sekeliling saya mulai memilih pilihan yang bersebrangan dengan pilihan yang saya pilih sejak tak lebih dari 6 tahun lalu. Pertama, emang awalnya berjalan lancar, hati ini akan tetap pada pilihan itu. InsyaAllah..., tapi ketika tahun yang berbicara, bukan hari atau bulan, tautan hati itu lama-lama mulai retak juga.

Sedih emang, ngerasa saya orang yang berbeda, jenis yang berbeda, atau aliran yang berbeda. Bahkan mungkin nggak jarang orang-orang ngejaga jarak. Cuma karena saya beda pilihan aja. Why?? Entahlah…

Ketika semua orang di sekeliling saya mulai bicara tentang topik itu pun, saya hanya cengengesan dan maenan HP nggak jelas karena mereka nganggep saya nggak patut denger. #mungkin. Atau topik itu yang tak banyak orang diskusiin dengan saya. #mungkin juga. Lagi-lagi karena pilihan yang saya ambil berbeda. Why?? Entahlah…

Atau saya yang terlalu sensitif dengan minoritas yang saya alami? Atau justru mayoritas yang bersifat seperti itu? Entahlah…

Sempet kepikiran untuk pindah pilihan juga, tapi buat apa? Cuman ngelampiasin emosi aja? ngelampiasin kecemburuan aja? Berasa kekanak-kanakan banget. Tapi biarlah, kisah ini yang nantinya akan jadi cerita dan proses unik, kalo mertahanin pilihan itu nggak segampang makan krupuk. Nggak se-sepele hapus tulisan yang salah.

Yang saya tahu, Allah Maha Maha Adil untuk hamba-hambaNya…

Ketika mungkin saya ‘sendiri’, dengan perasaan tak menentu…

Suatu hari nanti, Allah akan menggantinya dengan perasaan senang dan berbagi bersama.. dan semoga perasaan yang lebih dari mereka rasakan…

Ketika mungkin saya tak punya lebih dari sekedar teman ‘bersama’

Suatu hari nanti, Allah akan memberikan dia untuk penenang hati., dengan limpahan pahala dan keberkahan yang mungkin lebih dari mereka dapatkan…

Ketika mungkin saya tak bisa ‘bermesraan’

Suatu hari nanti, Allah akan memberikan kemesraan yang lebih.. lebih dari sekedar mesra…

aaaaaaaaargh…….

Tak perlu mengandai-andai…

Saya hanya perlu membenahi diri untuk mendapatkan bidadari tercantik hati dan parasnya., sabar… sabar… Allah Maha Teliti dan Maha Adil untuk urusan yang beginian…

Saya hanya ingin, perbedaan pilihan ini nggak jadi jembatan dalam pergaulan, nggak jadi sekat dalam ke-berbauran, dan bahkan jadi tameng untuk ke-akraban.

“Jangan mengharap Fatimah kalau kita bukan Ali”

 

P.S

Dulu pengen banget jadi kaum minoritas, ngerasain gimana perasaanya, gimana pola pikirnya, gimana hidupnya ditengah-tengah mayoritas. Tapi ternyata udah ngerasain lama, cuman belum sadar aja.

0 comments:

 
Copyright (c) 2010 Bermula dari Awal and Powered by Blogger.