Friday, October 21, 2011

Sabarmu, Bom Waktu Nikmat Imanmu

     Sudah fitrah alami manusia jika kita mempunyai sifat 'iri' terhadap orang lain. Bukankah kita sering ngerasain pas jaman SD dulu? *jujur. Ya, jaman SD dulu kita masih polos dan bisa ngeluarin sifat 'iri' kita secara terang-terangan. Tapi makin gedhe, entah kenapa kita bisa ngatur perasaan itu agar nggak terlihat. Dan tak terlihat bukan berarti tak berasa kan?


Jujur, saya iri terhadap mereka yang mempunyai visi dan pemikiran hebat. Padahal mereka pun sebaya denganku.

Jujur, saya iri terhadap mereka yang telah memiliki aktivitas lab. Meninggikan sense of belonging disana. Melontarkan pembicaraan yang saya belum sampai ke tahapnya.

Jujur, saya iri terhadap mereka yang telah mempunyai 'teman' tuk berbagi lebih (mungkin itu yang kebanyakan orang lain pikir. Dengan ikatan fana yang mengikat). Yang tiap waktu punya sesuatu tuk bersama.

Jujur, saya iri terhadap mereka yang pandai mengatur finansialnya. Mulai berfikir tuk menghentikan uang bulanan dari orang tua.

Jujur, saya iri terhadap mereka yang pandai dalam berkata. Bisa mengatur, menjelaskan dan mempertahankan makna yang ada untuk dan terhadap orang lain.

Dan saya iri, terhadap mereka yang mempunyai kontribusi lebih bagi Negeri. Bukan hanya mengutuki, tapi pula menerangi (inspired by Indonesia Mengajar).


Tapi ada satu hal yang membuat hati ini masih merasa lapang dalam perasaan iri itu.
'Sabar itu indah'
Sabar itu bom waktu nikmat iman. Yang akan meledak bahagia di hati dan jiwa ketika penantian itu berakhir.
Yang akan meledak bahagia karena kita mendapatkan sesuatu yang telah lama kita impikan, yang kita percayai.


"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar."
(Albaqoroh: 155)

Mungkin pemikiran-pemikiran saya masih pendek dan biasa saja. Visi pun masih abstrak. Tapi dengan bersabar melalui proses yang saya tekuni, insyaAllah saya pun bisa mempunyai visi dan pemikiran itu.
Memang saya belum memiliki aktivitas lab yang mengundang 'sense of belonging', tapi dengan bersabar lebih, insyaAllah ada lab yang mau menerima tuk saya beri konstribusi.
Memang saya belum mempunyai 'teman' berbagi. Tapi dengan bersabar yang lebih, insyaAllah teman itu pun akan kumiliki. Dengan ikatan yang pasti bukan fana. "Karna begitu indah ketika kita adalah orang pertama yang akan dibagi kasih dan sayangnya secara penuh dan menyeluruh, tidak setengah-setengah" ^^ #ea

"Tidakkah engaku memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, agar diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebersaran)-Nya bagi setiap orang yang sabar dan banyak bersyukur."
(Luqman: 31) 

Karna bersabar itu indah, saya rela sekarang belum mempunyai itu semua.
Karna Allah tahu, mana yang terbaik untuk kita dan Dia ingin menghindarkan kita dari musibah yang ada di dalamnya.
dan karna Allah ingin menguji dan menjadikan kita salah satu hambanya yang lebih Dia sayangi.

#Mencoba merenungi lagi dalam jam-jam akhir berganti kepala dua

0 comments:

 
Copyright (c) 2010 Bermula dari Awal and Powered by Blogger.