Monday, August 29, 2011

Lagi, harus merenungi kata-kata orang tua


Bermula dari hasil pertemuan dengan panitia HUT RI di RW.13 Sukabirus.Hasilnya benar-benar diluar dugaan.Hanya ada kata diundur.Diundur.Walhasil, jadwal agenda pulang yang sudah disusun matang jauh-jauh hari pun harus dan kudu dirancang ulang.Total.


Awalnya saya mengagendakan pulang tuk tanggal 22 Agustus 2011, karena memang hari itu sudah bebas agenda di kampus.Jadilah saya agendakan tanggal 20, dua hari lebih awal.Agendanya diganti dengan berpetualang pengalaman di Garut dengan teman-teman PUDING sampai hari Rabu. *Baca kisahnya ya... part 1,part 2, part 3, dan part 4.


Sepulangnya dari Garut, saya masih harus mengurusi laporan gladi yang memang sudah mepet 'garismati': hari Jum'at. Lumayan kelimpungan lah mengerjakan 'sendiri' dengan koneksi internet kostan yang tiba-tiba mati.Benar-benar cobaan yang menguras pikiran. Plus dengan kondisi kaki yang masih belum sehat betul akibat keteledoran naik motor. Jatuh.


Tapi Allah memang sangat baik.Baik sekali malah.Maha baik.Laporan selesai tepat waktu. Alhamdulillah... Fix jadi pulang tanggal 20. Pasti.


Hari sebelumnya, Jum'at. H-1 sebelum pulang, ada eval PUDING tentang acara empat hari silam: ke Garut. Banyak masukan yang perlu diperbaiki itu pasti.Dan akhirnya, banyak 'PR' yang perlu dikerjakan.Tentunya.


Selesai eval, matahari sudah sepenggal nyawa: nyaris maghrib. PUDING dapat undangan buka bareng dengan Teteh Ibunya Lutfan.Tempatnya dekat.10 menit dengan motor.Mungkin kurang. Alhamdulillah..,Tetehnya baik. Kami sharing sepuasnya.Dapat info dan cukup masukan yang berarti pula.Plus beberapa baju (mungkin) karna Tetehnya juga sekalian baju gamis.*promosi.Hehehe. Puas dengan tingkah lucu Lutfan (nama anak Tetehnya), dan puas cerita-ceritanya, kami pulang. Jam 9 malam.


Saya berdalih tuk packing tuk pulang besok pagi. Kenyataannya sesampainya di kostan justru sebaliknya: setelah solat malah main game. Parah. Selesainya sudah ditebak apa: tidur. Parah banget.


Seperti biasa, saya dibangunin Ibu Kost tuk sahur.Tapi ada yang aneh, jam 4 beliau baru mulai ngebangunin orang yang suka tidur malam ini. Beliau bangun kesiangan, akhirnya hanya masak sekenanya yang bisa siap saji: mie instan dengan telur bulet. Alhamdulillah, memang sudah dua Ramadhan ini tiap sahur, anak kostan selalu dapat sahur gratis dari Ibu Kost.


Sahur, shubuh, dan packing.Tapi entah kenapa saya ketiduran sampai jam 8 pagi. Parah. Agenda pulang tertunda sekian jam. Mandi secepatnya, beres-beres kamar, pamitan dan cao. Jam 9.45 saya bertolak dari kostan. Saya tidak langsung ke Brebes, tapi sempat membeli oleh-oleh terlebih dahulu ke kota. Sip, sudah komplit, I'm coming home....


Sempat lihat jam tangan, jam 10.16 masih di perempatan Carefour. Cukuplah tuk bisa buka di rumah bareng Bapa Ibu dan keluarga.Pikir saya dalam hati.

Satu jam pertama memang tidak ada sesuatu yang aneh. Hanya perasaan 'aneh' saja yang selalu mampir: mulai dari belokan-belokan yang terasa berat, nyaris terserempet mobil, banyak kendaraan yang membunyikan klaksonnya lah, dan Dialga (nama motor saya) yang terkadang mati mesin.

Dan puncaknya adalah ketika baru sampai sepertiga perjalanan.Tepat waktu Dzuhur. Memang sudah saya niatkan akan berhenti di masjid terdekat. Tapi 10 menit lebih belum ketemu masjid.Karena memang masih dalam keadaan gunung, bukan daerah pemukiman.Belum.Masih harus naik turun dulu.Sampai di suatu turunan, saya tetap ngotot mempertahankan gas, tidak mengurangi kecepatan Dialga.Turunan kemudian berbelok ke kiri sedikit. Tentu saya menyesuaikan stang ke kiri, tapi...

GUBRAK..;*#&@*+!*;-#+@'

Dialga jatuh, saya terbanting ke kiri tapi tubuh masih menempel ke badan Dialga, tak mau melepaskannya.Berharap bisa bertahan.Akhirnya tangan sarung tangan robek parah. Apalagi tangannya: meninggalkan luka yang menganga tepat dipangkal belakang jari manis. Sakit, perih.


Kaki kiri pun tak luput.Lututnya yang kena.Meninggalkan dua luka yang parah perihnya.Dan kepala bagian atas kiri pun tergores.Bukan luka goresan berbentuk petir layaknya Harry Potter, hanya luka ringan bergaris merah yang pedih.Bibir atas kiri pun demikian.Sakit.

Payah.Alhamdulillah ada warga yang menolong.Saya tetap ngotot lanjut perjalanan sampai menemukan masjid tak jauh dari tempat saya jatuh.Istirahat sambil menenangkan pikiran.Wudhu perih, sholat pun duduk. Argh...,parah, masih ada 2/3 perjalanan lagi yang harus saya lalui. Tapi badan masih mengerang sakit dengan luka-lukanya. Astaghfirullah....

Selesai Dzuhur, saya istirahat di serambi masjid. Seorang bapa seumuran 40 tahunan memulai pembicaraan: "jatuh dimana dek?", "disana Pak, pas turunan.,ngga jauh dari sini" jawab saya dengan senyum-senyum. Entah ingin menunjukkan sikap ramah, atau malah menahan perih. Akhirnya beliau membawakan perban dan plaster dari mobilnya. "nih dek, Brebes masih jauh, lukanya ditutup ja biar ngga nambah perih. Saya ngga punya Betadine, tapi Ibu yang di bawah katanya punya, coba minta aja kesana." saya hanya bilang terima kasih berulang-ulang tuk kebaikannya.

Nurut kata Bapa tadi, saya minta Betadine ke toko kelontong di bawah.Ibunya masuk, dan keluar membawa botol yang berisi cairan merah. Labelnya 'BET' yang ditulis seadanya tuk pembeda. "ini tuh Betadine khusus buat operasi Dek, cepet ngobatinnya. Ntar lukanya cepet kering, tapi tahan ya perihnya".Si ibu langsung ngolesin obat yang dianggap paling mujarab itu ke luka-luka yang baru saja saya dapat.Benar.Perihnya memang sangat. Sambil beliau cerita tentang beberapa kecelakaan lain yang sampai membawa kematian, juga di daerah itu. Membuat saya tetap bersyukur masih selamat.Sangat bersyukur dan beruntung malah.

Huft...,setelah dirasa cukup dengan obat mujarabnya, saya terpaksa berbuka:hanya meminum segelas air putih saja. Karena memang saya merasa pusing dan mual. Membuat perasaan akan pingsan dan muntah secara bersamaan. Tapi untung tetap saya bertahan.Setelah berterima kasih dan dibalas dengan pesan 'hati-hati'. Sampai akang-akang tukang parkir pun berpesan hal yang sama: "Ati-ati ya mas..". Tentu.Kali ini saya bakal lebih dan lebih berhati-hati.Jawab saya dalam hati.


Hal berikutnya malah lebih parah.Menahan sakit dan perih sambil harus lebih berkonsentrasi ke jalan. Pekerjaan yang sangat berbeda dan susah untuk dilakukan secara bersamaan. Tapi entahlah, ada perasaan lega dalam perjalanan 2/3 ini.Saya tidak usah repot-repot nyari alesan tentang Dialga yang dulu pernah rusak parah.Baca cerita lengkapnya juga ya.Inilah jawaban dari Allah untuk saya.Ya, setelah nyaris satu bulan mencari alasan yang tepat.Dan mereka pun belum tahu tentang kejadian pertama. Dan semoga tidak akan tahu. Karna sambutan di rumah tentu saja dengan kepanikan dan kekhawatiran tentang kondisi saya.Tentu Dialga dinomor duakan.Tertutup oleh kejadian terakhir.


Lagi, akhirnya saya teringat wasiat (kata-kata) Mbah Putri (Nenek) sebelum saya berangkat beberpa bulan yang lalu.Tepat sebelum Dialga belum diperbolehkan dibawa ke Bandung.
"Sing sabar dadi wong.., yen ana sing nyalip y kudu sabar., ning dalan mah wong pada kebut-kebutan edan. Sing sabar bae y Tong..."

"Yang sabar saja jadi orang., kalo ada yang nyalip y tetep harus sabar., di jalan mah orang pada gila kebut-kebutan. Yang sabar saja y Nak..."

Begitulah inti wasiatnya.Sepertinya akhir-akhir ini memang saya sedang bebal.Jujur. Saya sempat emosi dan sebel ketika pulang kemarin dengan salah satu motor yang sepertinya dia juga ingin pulang ke kampung halamannya. Motor Matic.Selalu menghalangi pandangan.Ugal-ugalan (menurut saya).Tidak mau disalip.Bandel.Lambat (relatif). Dan itu sampai setengah jam lebih berlangsung. BT.


Akhirnya karena memang sedang bebal ditambah dengan emosi jalanan.Saya tancap gas agar bisa mendahului si Matic di suatu kesempatan yang langka.Berhasil.Tetap saya ajak Dialga dengan kecepatan naik. Yes. Tertinggal jauh si Matic.Belum puas, tetap saja Dialga saya kendarai dengan kecepatan yang (relatif) tinggi.Sampai akhirnya saya dapat luka ini.Payah.

Well.., ini bebal kesekian kalinya mengacuhkan (atau melupakan) nasihat orang tua. Semoga yang terakhir.Semoga.Karna saya tahu, jatuh itu sakit. Dan proses penyembuhan pun sakit. Bahkan setelahnya mungkin harus sakit (lagi).
Tapi percayalah, setelah sakit itu ada kenyamanan dan nikmat tersendiri yang Allah siapkan.

Percayalah.

0 comments:

 
Copyright (c) 2010 Bermula dari Awal and Powered by Blogger.